Selasa, 19 Oktober 2010

CAH AYU

saat siang dengan teriknya menyengat Jakarta, seulas senyum datang meneduhkan hati, senyum dari seorang gadis cantik, bermata indah dan putih bersih, membuatku risih tuk menatapnya, Rambutnya ikal mayang bergelombang bagai gelombang lautan yang menghanyutkan hatiku. Teramat susah untuk mengatakan keindahan tubuhnya, bibirnya merekah bagai delima yang baru mekar di pagi hari, tatapannya menusuk jantung hati sampai ke relung terdalam hati ini, tertusuk rasa yang sangat sulit di ungkapkan, bagai melihat bidadari di siang hari di saat teriknya cuaca Jakarta.

Jutaan kata tanda tanya bertubi-tubi mendebar-debarkan jantung ingin mengenal siap gadis cantik bagai bidadari itu, tatapan tajam namun malu-malu saat beradu pandang, jantung ini berdesir kencang seakan terbang ke awang-awang di permainkan sang awan lalu di tenggelamkan di bulan, tapi bulan tidak ada saat siang, aku sampai lupa itu adalah matahari, ya matahari yang telah membuat keringat ini bercucuran, namun kesejukan datang dari gadis ikal mayang, dengan lembut dia menawariku segelas minuman dingin, lidah ini kelu seakan tak sanggup berkata apa-apa, hanya anggukan ragu meski keinginan kuat untuk menjawab Ya.

Tiba-tiba cuaca redup, namun matanya tak pernah redup, tetap menyala layaknya matahari pagi yang senantiasa menyegarkan jiwa dan raga makhluk hidup, mendung datang tiba-tiba setelah panas cuaua sangat menyengat. seteguk teh manis melegakan tenggorokan, bertambah manis saat kucuri senyumnya dari jarak yang tak terlalu jauh darinya. Tanpa kusadari ternyata dia pun sering mencuri pandang, meskipun aku lebih banyak untuk menatapnya, seakan tak ingin beranjak dari tempat dudukku sekarang, hujan perlahan turun tanpa petir dan gluduk, kesempatan untuk selalu bersamanya, memandang mata indahnya, manis senyumnya tak pernah aku lupa.

sejak pertemuan itu satu nama bertakhta di hati, satu senyum menghiasi hidup, satu harapan datang tepat disaat hujan rintik turun membasahi tanah Jakarta yang gersang, segersang hati ini sebelum berjumpa dengannya, kini kegersangan musnah, berubah kesejukan, kerimbunan pohon-pohon rindang bernaunglah kembang cinta, mekar mewangi dalam hati. Terima kasih Tuhan.