Jumat, 23 Juli 2010

DIAM

hening tanpa kata
tiada canda
malam menjelma
tanpa rasa
hampa hati
berkawan tanya
mendekap gelap
nanar mata
gemuruh membara
dalam dada
hening menyapa
angin utara
mengajak canda
tanpa tawa
memangunkan jiwa merana
kabarkan duka lara
menusuk menyiksa sukma
sendiri dalam ruang hampa
meratap menata kata gejolak jiwa
dimana kata kemana tanya
tak ada lagi cerita
tak ada lagi sapa
kaki berpijak bumi duka
tangis menyapa
di tepi malam gelap gulita
terbang mengembara nirwana
namun warna telah sirna
menutup raga
lidak tak mampu bersuara
sebab kata tak lagi bermakna
diam hampa.

HUJAN

langit gelap
awan hitam
angin dingin
berhembus menembus tulang
dalam kesunyian nada tanpa kata
semilir angin
rintik hujan membasahi bumi
dingin membakar jiwa goncang
menyapa rembulan
pada hitam malam
dimana keheningan
suara alam redakan amarah
datang resah
bangkitkan amarah
namun usai sudah dendam.

SESAL

terkenang aku dalam kabut hitam kelam
penuh dosa siang malam
tak terlupakan masa silam
datang timbul tenggelam
mata air air mata kering menangisi masa lalu
masa sudah berganti
tak dapat kembali lagi mimpi
embun pagi selalu berganti
jiwa ini hanya menanti
hidup kembali lagi
dalam mimpi tak berbagi

SAAT HATI GUNDAH

saat sendiri kumerenung
saat berdua bertanya
saat bersama tertawa
saat pagi embun menitikkan air mata
saat jawab tak di punya
saat mawar mekar di terpa cahaya
semerbak wangi menggoda
saat burung burung kepekkan sayap
bangunkan dunia
saat senyum berjuta makna
kuncup hati berjelaga