Kamis, 12 Agustus 2010

SETETES EMBUN

pagi sehari lagi
masihkah menari mentari
semua menanti
bulan sesuci embun
jiwa sesuci embun
hati selembut embun
meresap hangat ke ubun-ubun

menanti kepastian
mentari tersenyum syahdu
rumput tak lagi layu
menopang embun di ujung daun
hasrat menggebu gejolak asa
pagi sehari lagi
tak ingin mati
bumi berdzikir

mekar bunga di taman hati
wangi kesturi selimuti bumi
kupetik setitik embun di ujung pagi
menatap hati pasrahkan diri
dalam dekapan Ilahi.


KEKASIH

Rintik hujan awali jumpa kita
senyum manis terangi malam
tatapan mata indah penuh cahaya
membelah malam hati tentram
wajah ayu rupawan
tlah menawan hati nan rawan
lentik jemari
lembut telapak tangan
bak kapas putih suci

merdu suaramu
mendayu-dayu menusuk kalbu
mengalir menderas rindu di dada
saat sendiri di rundung mimpi
hati sepi jiwa mati
seakan dunia tak ada lagi
butir rindu bak bola salju
melaju merayu semakin padu

tak ada rayu
hanya mau
ingin selalu bersatu
meniti waktu
berdua dalam payung cinta
merenda asa
arungi dunia dengan asmara
melangkah mengubur duka
menuju suka cita

Rabu, 11 Agustus 2010

TEMAN

Teman.... siapa itu
teman.... dimana itu
teman.... kapan itu
teman.... mengapa
teman mengapa butuh teman

teman dirumah
teman lahir jiwa dan hati
teman di sekolah
teman awali pikir melaju
teman didunia
teman fatamorgana

temanku temanmu
temanku kadang bukan temanmu
temanmu bukan temanku
temanku temanmu teman siapa saja
teman mereka
teman hati bicara

teman.... dalam tidur
teman.... dalam mimpi
teman.... dalam dekap
teman.... dalam tindak
teman.... dalam rasa

teman.... temani duka
teman.... obati luka
teman.... nikmati suka
teman.... suka dan duka
teman.... siapa sangka

teman, aku butuh teman.

Jumat, 06 Agustus 2010

IMAN YANG TITIK TITIK

Yang Islam belum tentu beriman
Yang Beriman kebanyakan membisu
Yang di sanjung biasanya culas
Yang tidak culas biasanya di cuekin
Yang Istiqomah tak berduit
Yang berduit hobinya main kuntit

Yang faham Agama tak mau berjihad
Yang mau berjihad tak faham Agama
Yang berilmu luas tak punya banyak waktu
Yang punya waktu berilmu terbatas
Yang berjalan penuh kedengkian di agungkan
Yang penuh kasih sayang di pinggirkan

Dulu Muawiyah berkuasa
Lalu di runtuhkan Abassyiah
Khalifah dihancurkan Dinasti
Dinasti diluluhkan Kesultanan
Kesultanan di huni penjilat kekuasaan

Musuh dalam selimut menggulung di tengah malam
Islam di gadaikan demi harta dan keturunan
Iman di letakkan di pojok Masjid yang gelap
Yang mencerai berai di sanjung di puja
Yang mempertahankan keimanan di musuhi

Kemunafiqan dan kesombongan di hormati

Yang menjaga Qur'an dan Sunnah di jauhi
Yang tak berilmu Agama teriak lantang
Yang berilmu Agama hanya diam meradang

Yang sudah banyak belajar malas berbuat
Yang rajin berbuat malas belajar

Yang Kiai belum tentu Kiai
Yang bukan Santri tidak mau belajar pada Kiai
Yang Islam tidak tahu Islam
Yang tak beriman merasa beriman

Yang berdakwah mencari ketenaran
Yang berdiskusi mempertahankan golongan
Yang pandai ilmu Agama saling menghujat
Yang punya sedikit ilmu Agama saling mengumpat

Yang awam Agama lari pating besasat
Yang di bohongi tidak mengerti di kibuli
Yang di kibuli lama-lama mengikuti
Yang di kibuli malah berjihad berani mati

Yang Kiai tak punya hati
Yang Santri akalnya mati
Negeri para Wali
Negeri para Kiai
Negeri yang punya MUI
Tapi...masih ada yang mengaku Nabi

Ngakunya seorang Kiai
Tak tahunya mencabuli Santri
Tiap sudut Kampung Pesantren berdiri
Lokalisasi dan rumah judi semakin tinggi
Sabtu sampai Minggu pergi mengaji
Ketika punya jabatan tak lupa korupsi

Tiap tahun pergi ke Tanah Suci
Tetap cari pungli dan menang sendiri
Kiai mana yang mesti di ikuti
Fatwa siapa yang harus di patuhi

Mana yang Munafiq
Mana yang Beriman
Mana yang pura-pura Kiai
Siapa Santri siapa berlagak Santri
Hanya hati kita yang mengerti

Sudahkah kita memiliki Iman yang murni ?
Yang tahu hanya Ilahi yang maha Tinggi

Wallahu A'lam bis shawab

Kamis, 05 Agustus 2010

PUISI, SAJAK, SANJAK, DAN SYAIR

Dalam perbendaharaan kata Bahasa Indonesia kita mengenal istilah dalam Sastra antara lain, Sajak, sanjak, Puisi, dan Syair. Kata-kata yang terangkai menjadi larik-larik dan bait berirama yang penuh citraan atau kiasan. Dalam Bahasa Inggris yang memiliki latar tradisi Sastra begitu panjang dan luas, menamakannya Poem, Poery, dan Verse. Sajak, sanjak, puisi, dan syair mempunyai banyak ragam dan bentuk, gurindam, haiku, pantun, sjak, pantun, sajak bebas, sestina, talibun, villanelle, dan lain sebagainya. Apabila dikumpulkan ada ratusan bahkan jutaan bentuk, Sajak, Puisi yang pernah ada sejak manusia mulai berbahasa dan bernyanyi dengan kata-kata sampai sekarang. Dalam penggunaan sehari-hari, kata Sajak, dan Puisi sering di pertukarkan dengan sinonim, namun kadang-kadang dipakai untuk menunjuk dua ikhwal yang sedikit berlainan. Kata Sajak, tak jarang menunjuk pada wujud formal yang tampak pada sebuah komposisi verbal yang berirama, termasuk didalamnya rima, panjang-pendek larik, dan pembagian bait. Karena itu, Frase " pola persajakan " mengacu pada penyusunan unsur-unsur tersebut dalam sebuah karya. Sedangkan Puisi, bisa mengarah pada watak sugestif bahasa yang di gunakan atau kekuatan dan kepadatan imajinasi yang terkandung dalam suatu karya tulis, entah karya tersebut mengandung pola persajakan atau tidak. Bahkan kawasan Puisi ini lebih luas dari Sastra, kadang kita melihat film atau lukisan disebut Puitis, atau dikatakan sebuah Puisi, bukan karena ada kata-kata bersajak, melainkan karena kekuatan visualnya.

Kata Syair diambil dari khazanah sastra Melayu, awalnya merujuk pada suatu bentuk Puisi terikat, namun dalam pemakaian secara umum lebih banyak berlaku sebagai padanan lirik lagu. Dari kata dasar inilah telah membentuk kata Penyair dan kepenyairan. Pertanyaannya, kenapa bukan Pesyair atau Kepesyairan ? Sementara dalam bahasa Arab khasanah istilah itu, kata Syair sebetulnya merujuk kepada orang yang menulis Sajak, sedangkan Sajak adalah Syi'ir.

Kata Sanjak, yang bersinonim dengan Sajak, kini terasa kuno, arkais. Sudah sedikit orang menggunakannya dalam tulisan atau ujaran sehari-hari. Pada tahun 1954 Armijn Pane pernah menulis buku berjudul Sandjak-sandjak Muda Mr. Muhammad Yamin, begitu juga Ramadhan KH dengan Priangan Si Djelita: Kumpulan Sandjak. Penggunaan kata Puisi, Sajak, Sanjak, atau Syair adalah tergantung selera penulisnya, karena tidak ada yang salah, semuanya benar dan ada masa sejarahnya. Satu yang terpenting adalah melestarikan sebuah karya dan terus berkarya.