Sabtu, 30 Maret 2013

TAKSI DAN METROMINI

Bagi orang yang sering kekota Jakarta tentu tidak asing dengan nama Taksi dan Metromini, angkutan umum yang setiap hari siap mengantarkan siapa saja dan kemana saja sesuai keinginan diwilayah Jakarta. Memang ada banyak jenis angkutan umum di Ibukota Jakarta, antara lain, Kereta KRL, Bajaj, Kancil, Mayasari Bakti, Busway, bahkan Becakpun masih ada yang operasi diJakarta. Kali ini saya akan mengusik dua angkutan umum Jakarta yaitu Taksi dan Metromini. Taksi adalah angkutan umum dengan ukuran kecil, karena lebih banyak menggunakan armada sedan, meski sekarang ada yang menggunakan sejenis kijang, angkutan ini lebih diminati oleh mereka yang mempunyai uang banyak, alasannya karena Taksi lebih nyaman dan aman ketimbang angkutan lain. Taksi cara pembayarannyapun berbeda dengan angkutan lain, tidak ada kenek dan tidak ada tawar menawar, sebab Taksi menggunakan argo, meski ada beberapa taksi yang masih menggunakan metode Bajaj, yaitu tawar menawar harga sebelum naik, biasanya yang model begitu adalah jenis Taksi bayangan atau Taksi gelap, atau milik pribaadi, tetapi normalnya sebuah Taksi menggunakan argo. Untuk ukuran Masyarakat menengah kebawah taksi adalah angkutan yang mewah, sebab hanya membuka pintu saja ongkosnya sama dengan pulang balik ongkos mayasari bakti. Taksi juga ada kelas-kelasnya, mereka menggunakan istilah tarif bawah untuk yang murah dan tarif atas untuk taksi Eksekutif atau VIP. Masyarakat ekonomi menengah kebawah bahkan membuat lawakan kepada teman-temannya " apa bedanya turis asing dan turis lokal saat naik taksi ? " jawabannya, kalau turis asing naik Taksi yang dilihat adalah diluar atau pemandangan seputar perjanan, karena mereka sangat mengagumi keindahan Ibukota Indonesia, sedangkan turis lokal yang dilihat adalah dalam kendaraan, yaitu angka-angka yang terus bergerak naik yang disebut argo, semakin jauh dan semakin lama perjalanan apalagi terjebak macet maka angka didalam argo semakin naik, dan semakin mahal ongkos yang mesti ditanggung. Metomini adalah angkutan kota yang murah meriah, tarifnya cuma dua ribu rupiah jauh dekat tujuan penumpang, sama-sama angkutan umum, namun Metromini lebih disukai kalangan menengah kebawah, bayangkan jika naik taksi, baru buka pintu saja sudah lima ribu ongkosnya, kalau naik Metromini, uang lima riu bisa untuk pulang balik. Metromini tidak mengenal istilah macet atau jauh tujuannya, pokoknya sampai terminal ongkosnya sama dua ribu, nikmatnya naik metromini ialah dia masuk kampung atau jalan kecil yang tidak begitu ramai, sehingga anak sekolah banyak yang menggunakan jasa angkutan ini, bahkan supir dan kenek Metromini selalu memberi diskon lima puluh persen untuk anak sekolah. Sudah banyak orangg yang sekarang menjadi pejabat yang dulunya menggunakan jasa Metromiini, meskipun demikian supir atau pemilik jasa angkutan ini tidak disebut dalam seminar atau buku yang dia tulis, bahkan mungkin ucapan terima kasih juga tidak, dan supir Metromiini tidak pernah protes. Hanya sedikit perbedaan antara Taksi dan Metromini selain urusan ongkos, supir Taksi lebih klimis, sedang supir Metromini kusut. Kedua angkutan umum ini sama-sama berjasa bagi warga Jakarta, khususnya bagi warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Seiring perkembangan jaman, kedua nagkutan ini berbenah, warna cat yang terkelupas atau sudah lama diperbaharui, dan tarif akan mengikuti perkembangan harga BBM. Tentu cara pengelolaan Taksi dan Metromini berbeda, harga kendaraannya saja berbeda, Taksi semakin hari semakin cantik dan selalu ada inovasi, sekarang ada Taksi yang ada televisinya agar penumpang lebih nyaman dan tidak ketinggalan hiburan serta informasi, ada GPS nya, AC nya juga semakin sejuk, bisa ditelpon kapan saja dibutuhkan, sedangkan Metromini dari dulu sampai sekarang sama saja. Kursinya keras, kadang kacanya pecah, kursi supir sudah tidak lurus sehingga supir saat menyetir badannya miring, asap knalpotnya keluar, suara mesin mobil bising dan kotor. Taksi dan Metromini mirip dengan Partai politik, semakin banyak penumpangnya semakin baik pelayanannya, semakin banyak pengikut semakin banyak pejabat dari partai tersebut, namun Metromini sama saja, banyak atau sepi penumpang pelayanan sama saja. Metromini kini semakin ditinggalkan penggemarnya, bahkan sekarang ada yang naik karena terpaksa, munculnya Trans Jakarta atau Busway, menambah penderitaan supir Metromini, semakin sedikit orang yang mau naik Metromini. Karena kekecewaan para penumpang atas ulah supir maka Metromini sering dihindari penumpang, sebabnya antara lain, suka ngebut, ngetem lama, dan memindahkan penumpang ke Metromini lainnya. Kini nasib Mtrimini diujung tanduk, bahkan sudah banyak Metromini yang tidak kuat lagi memberi upah kenek, supir merangkap kenek. Berbeda dengan taksi kini semakin mentereng saja, sedan-sedan mahal dijadikan Taksi, semakin banyak jenis taksi, putih, merah, hitam dan lainnya, jakarta seperti menjadi pelangi Taksi. Taksi akan mengantar penumpang sampai tujuan, semakin sedikit penumpang semakin senang, karena ongkosnya sama, namun berbeda dengan Metromini, semakin sedikit penumpang semakin sedih sang supir, dan semakin hampa harapan penumpang untuk sampai tujuan. Hidup memang harus memilih, dan kadang pilihan itu datang saat duit dalam kantong terhitung, mau memilih Taksi atau Metromini itu urusan anda.