Rabu, 24 Juli 2013

NGAJI

Kebiasaan di bulan Ramadhan kegiatan ngaji atau tadarusan ada dimana-mana, dirumah, Mushalla, Masjid, bahkan dikantor-kantor menggema ayat-ayat suci Al-Qur'an. Betapa indahnya jika suara-suara indah itu melantun setiap hari, setiap bulan, bukan hanya dibulan Ramadhan. Seperti diriku yang masih juga terlena akan aturan hati yang Ngaji hanya kadang-kadang, dulu satu tahun bisa khatam minimal sekali, tapi sekarang sudah hampir setahun belum juga sampai surat An-Nas, menyedihkan. Semoga saja kawan-kawan tidak sepertiku, rajin mengaji setiap hari, mengkaji isi dan makna ayat-ayat suci Al-Qur'an, percayalah kalian akan menemukan keindahan dan keajaiban setelah memahami dan mengamalkannya didalam hidup sehari-hari.

Terlena, mungkin itu satu kata yang sedikit mendekati tepat, bagi orang yang hanya mendekatkan diri kepada Tuhan saat bulan Ramadhan saja, terjebak mungkin berikutnya, orang yang mengira didalam bulan Ramadhan kebaikannya dilipat gandakan lebih daripada bulan biasa. Memang ada imbalan bagi setiap kebaikan, minimal satu kebaikan dibalas 10 kebaikan bahkan sampai 700 kali kebaikan. Tetapi kebaikan yang seperti apa dulu kawan, kebaikan dalam Islam ada berbagai macam jenis, kebaikan untuk diri sendiri, orang lain dan lain sebagainya, kebaikan yang baik adalah kebaikan yang tanpa kita sadari kita telah melakukan kebaikan.

Sedih memang jika memikirkan diri ini, semakin hari bukannya semakin tebal keimanan kita, tetapi dirasa-rasa kok semakin kendur, mirip karet gelang yang jika sering dipakai lama-lama kendur, sampai akhirnya putus, semoga kita tidak seperti karet gelang imannya. Memang Iman itu bisa naik dan turun, itu manusiawi, siapapun itu akan mengalaminya, sifat dasar manusia memang serakah, sebab ada yang mengatakan kalau manusia itu adalah hewan yang berfikir, kata salah satu filusuf yang sudah almarhum memang.  Tidak usah mencari tahu keimanan orang lain, koreksi diri saja, kapan terakhir kali kita membuat sakit hati orang lain, atau kapan kita menganggap lebih baik, lebih hebat dari orang lain, itu sudah cukup untuk menakarnya.

Harus kita akui kita jarang ngaji, apalagi mengkaji, dari situlah awal kita menaik turunkan kadar keimanan kita, kenapa karena Al-Qur'an adalah pedoman hidup manusia Muslim, selalu bertanya dalam hati sudah muslimkah kita, sudah mukminkah kita, bukan mulut yang bicara tetapi semua organ tubuh kita harus muslim dan mukmin, memang susah, tetapi jika dikerjakan akan mudah. Gelombang keimanan bagai arus air dilautan, kadang lembut dan kadang dahsyat, hati kitalah yang mampu mengendalikan, bukan orang lain. Dengan mengaji kita sudah mengamalkan satu ayat Al-Qur'an IQRO yang artinya bacalah, semoga mulai hari ini kita rajin mengaji, lalu mengkaji dan selanjutnya mengamalkan, urusan Surga dan Neraka seratus persen urusan manusia.

Minggu, 16 Juni 2013

DESAKU Bagian 7


Belum ada keterangan dari pihak Pemerintahan Desa Kutamendala, kapan berdirinya Desa ini, dan sejak tahun berapa mulai ada Kepala Desa, atau mungkin saya yang kurang informasi. Setahu saya yang lahiran 70 an, Kepala Desa yang masih ingat jaman itu adalah Bapak Muklis, Balai Desanya sekarang jadi umah Lawet, setelah itu Balai Desa sampai sekarang di Sidodadi, seingat saya Kepala Desanya sudah Bapak Solikhin, alfalah. Tiga kali mengalami Masa Kepala Desa, Solikhin Nudin, Abdul Latief, dan Tadjudi, butuh informasi lebih banyak dari para pelaku sejarah siapa sebelum mereka Kepala Desanya, ini penting sesuai amanat Presiden Soekarno " JAS MERAH " Jangan sekali-kali Melupakan Sejarah. Kalau tingkat Nasional, keluarga mantan Presiden mendapat penghormatan luar biasa, ada Fasilitas anggaran untuk mereka, bagaimana dengan tingkat Desa, apakah ada penghormatan semacam itu, saya terus terang tidak mengetahui, seperti tidak tahunya kapan dan siapa saja Kepala Desa Kutamendala, sebelum tahun 70 an.

Banyak peristiwa terjadi selama kurun waktu sejak tahun 80 an sampai sekarang, dan yang masih hangat dalam benak setiap orang yang mengalami adalah masa-masa awal 90 an, peristiwa yang membuat banyak orang tidak nyaman, pertama adalah saat Demonstrasi di Balai Desa yang berakhir ricuh, dan hancurnya Balai Desa, cerita ini akan dikenang sampai kapanpun, karena sampai masuk Media Massa, itu terjadi awal 90 an, dan diakhir 90 an, peristiwa penebangan hutan jati setelah masa Reformasi, berujung pada gundulnya hutan dan sempat terjadi bentrok dengan polisi Brimob masuk kampung, berakhir dengan banyak saudara kita yang masuk penjara akibat peristiwa tersebut, gara-gara kayu jati, selanjutnya ada peristiwa yang juga menhebohkan pada tahun itu, ketika para suporter Persebaya yang kecewa final Liga Indonesia antara PERSEBAYA VS PSIS dipindah dari Jakarta, PSIS menang dan suporter Persebaya ( Bonek ) yang kecewa melempari bangunan, stasiun yang mereka lewati dari Jakarta ( stasiun Senen ), berakhir di Klenongan Kutamendala, tepatnya di Pandansari, peristiwa itu sangat memilukan, dan sangat tidak diharapkan.

Masih ditahun 90 an, awal diberlakukannya partai lebih dari tiga, juga ada insiden kerusuhan akibat salah faham di Balai Kambang, namun tidak seheboh Demonstrasi di Bali Desa dan tawuran massa dengan Bonek. Banyak peristiwa yang tetap dikenang dan disayangkan, tergantung dari sudut mana melihatnya, pembebasan tanah misalnya, adanya SMK N Tonjong, PUSKESMAS, POM BENSIN, dan Kuburan Gardu Yang semakin sempit, karena pelebaran jalan, itu juga menjadi catatan sejarah Kelurahan Kutamendala. Ada lagi peristiwa isyu Ninja yang meracuni sumur warga, dan mengancam keberadaan para Ustad dan Kiyai, sehingga hampir disetiap dukuh mengadakan penjagaan ketat dengan mendirikan pos-pos ronda, peristiwa salah tangkap penebang kayu jati ( Blandong ) juga mewarnai ditahun 90 an, ini perlu diceritakan kepada generasi penerus Kutamendala, agar dikemudian hari Peristiwa yang membuat tidak nyaman Masyarakat tidak terjadi lagi.

Tulisan ini untuk pelajaran kita semua bahwa setiap peristiwa hendaknya dicatat dan diabadikan, tidak hanya peristiwa kerusuhan tetapi peristiwa yang membanggakan perlu dicatat, sekarang bukan jamannya mesin ketik lagi, dan hampir 90 persen anak-anak muda yang sudah duduk di SMP atau MTs, sudah dapat mengetik komputer, sebab sudah banyak yang punya Hand Phone yang keyboardnya persis komputer, dan dengan maraknya pengguna Facebook atau twitter, tentu memudahkan seseorang untuk menulis, bukan hanya menulis status dan komentar. Sudah waktunya Pemerintah dari tingkat Desa mengoptimalkan kegiatan menulis, agar setiap peristiwa yang terjadi dapat dibaca oleh generasi berikutnya, untuk pembelajaran dan perbaikan kehidupan dimasa depan, tidak ada ruginya menulis, dengan menulis akan muncul gagasan dan ide-ide baru demi kemajuan Desa.

Sejak tahun 2000 an, daya nalar Masyarakat Desa Kutamendala tentang Pendidikan naik signifikan, hampir sudah tidak ada anak yang tidak mengenal huruf, artinya mereka sudah mau menyekolahkan anak, bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi, jumlah Sarjana di Desa Kutamendala sudah lebih dari ratusan, dan lulusan setingkat SMA hampir 60 persen, degan tingkat pendidikan seperti itu pasti akan ada hasil yang baik dan kemajuan untuk Desa, meski itu bukan sekarang, kita mesti optimis bahwa dengan banyak membaca dan menulis perubahan itu akan lahir dengan sendirinya, ada orang bijak yang mengatakan, " jangan bilang seberapa banyak Desa memberimu, tetapi seberapa banyak kamu memberi untuk Desamu " mari berlomba-lomba untuk kebaikan dan kemajuan Desa, lupakan Egois pada diri sendiri, keluarga, golongan apalagi Partai, kita berjalan, berfikir bergandengan tangan, bersama untuk sebuah cita-cita mulia, memajukan Desa. Selamat Mencoba.

DESAKU Bagian 6

Cangkem adalah salah satu alat vital manusia, selain berfungsi untuk mengunyah atau makan, cangkem juga untuk berbicara bagi yang dapat bicara, maaf karena tidak semua orang dapatr bicara. Ada pepatah " MULUTMU HARIMAUMU " Yang sedikit saya artikan adalah dari ucapan dapat menimbulkan bahaya untuk orang yang mengucaokan. Cangkem memang satu, dialamnya ada gigi, gusi dan lidah, lidahlah alat perasa dan yang untuk berbicara, ada satu lagi pepatah " LIDAH TAK BERTULANG " sindiran halus untu pepatah diatas, memang itu bukan pepatah yang panjang tetapi maknanya dapat menjadi panjang, dan siapapun berhak mengartikan sendiri apa makna kata-kata tersebut.

Mengucapkan memang sangatlah mudah saat mulut kita sedang tidak sakit, tidak semua ucapan seseorang dapat dituliskan, karena memang menulis sedikit susah meskipun sejak SD sudah bisa menulis, berkomunikasi paling awal juga dengan mulut, seorang Ibu berkomunikasi denag bayinya, walaupun bayinya belum mampu bicara apalagi mengerti apa yang diucapkannya, namun sejak kecil si bayi sudah sering mendengar ibunya bicara lewat mulut bukan lewat tulisan. Berbicara tentu dengan kata-kata, semua kata yang terlontar dari cangkem biasanya sudah diucapkan oleh orang sebelum kita, atau oleh orang lain, kita sebenranya hanya melanjutkan kata-kata dari orang yang lebih tua dari kita, atau ada yang menyebutnya nenek moyang, meski kata bapak moyang jarang digunakan, padahal kalau ada nenek mestinya ada kakek.

Tidak semua kata yang terucap dari cangkem kita mengerti artinya, kata yang sering kita ucapkanpun kadang sebenarnya kita tidak tahu asalnya darimana dan siapa yang pertama kali mengucapkannya, jadi kata-kata adalah sebuah warisan, dia senantiasa bertambah jumlahnya seiring waktu, walaupaun mungkin sebenarnya tidak bertambah, namun karena adanya kata asing yang masuk maka kata bertambah untuk daerah tertentu, khususnya Indonesia, dan sampai sekarang belum ada kamus Bahasa Indonesia yang lengkap yang memuat semua bahasa yang ada di Indonesia. Sebuah kata tidak semua artinya sama, disetiap daerah dengan daerah lainnya arti sebuah kata akan berbeda, misal kata loro dalam bahasa jawa, arti yang pertama adalah jumlah angka dua, namun ada yang mengartikannya sakit, ada ribuan bahkan jutaan kata yang sama dengan arti berbeda.

Tentang kata yang menjadi kalimat, kadang setiap orangpun persepsinya berbeda, palagi di Kelurahan Kutamendala yang lebih sering menggunakan kata-kata yang tidak jelas artinya, tapi sering diucapkan, kata yang artinya susah biasanya adalah kata ulang misal, PELANG-PELENG, PLONGA-PLONGO, ITAS-ITUS, NYENG-NYANG-NYENG-NYENG, BRAK-BRUK, PECOTAT PECOTOT, dan masih banyak lagi yang lainnya, silahkan anda mengartikan kata-kata tersebut, cari dikamus apapun tidak akan menemukannya, karena saya sudah mencobanya. Kata tersebut entah berasal darimana dan siapa yang mengawalinya, jadi benar kata salah satu Penyair Indonesia yang biasa akrab disebut PRESIDEN PENYAIR INDONESIA " SUTARDJI CALZOUM BACHRI " bahwa kadang kata tanpa makna, dan dia selalu berusaha membebaskan kata dari makna, jika ada yang pernah membaca buku puisi  O AMUK KAPAK pasti akan menemukan kata-kata yang susah diartikan.

Teman-teman semua, jadi mari kita telusuri dulu apa arti kata-kata yang biasa diucapkan, bermakna atau tidak, supaya tidak terjadi salah faham bagi yang mendengarnya. Jangan langsung mengartikan kata tersebut atas kehendak otak sendiri, karena saya yakin anda belum menciptakan kata-kata, tafsir dari kepala setiap orang berbeda-beda, seperti halnya hobi atau kesenangan yang berbeda, intinya adalah kita senantiasa belajar dan belajar, jangan katakan karena tidak sekolah tinggi, karena mungkin orang yang menemukan kata dahulu tidak pernah sekolah, karena memang jaman dahulu belum ada SD, SMP< SMK< STM

Senin, 10 Juni 2013

DESAKU Bagian 5

Demokrasi, kata yang saat ini jadi idola seluruh dunia. Dari kutub selatan sampai ujung kulon manusia sekarang seakan dipaksa untuk mengikuti faham Demokrasi, meskipun tidak semua orang faham dan mengerti apa itu Demokrasi, makhluk hidup atau mati. Demokrasi katanya akan membuat kehidupan khususnya politik Negara akan aman dan nyaman, dan katanya dengan berdemokrasi kerusuhan dapat dihindari, kesejahteraan meningkat dan banyak lagi kata misalnya untuk Demokrasi. Ada yang bilang Demokrasi itu asalnya dari Yunani asal muasal kata itu, dari kata Demos dan Cratos, dan ada yang mengatakan arti Demokrasi itu, DARI, OLEH, dan UNTUK RAKYAT.

Demokrasi tidak hanya berlaku didaerah perkotaan, didesapun orang seakan diwajibkan ikut Demokrasi, dengan cara ikut Pemilu orang sudah dapat disebut Demokratis, betapa mudahnya ikut Demokrasi. Pemilu disuatu Negara penganut faham Demokrasi diadakan lima tahun sekali, dan aturan barunya seseorang yang terpilih atas dasar suara terbanyak hasil Pemilu, dia tidak boleh mencalonkan diri pada Pemilu berikutnya setelah dua kali menjabat atau menang Pemilu, atau lebih kerennya jadi Presiden, jadi Demokrasi itu ada batasnya, kata orang-orang dan negara yang katanya Adi kuasa penganut faham Demokrasi, meskipun Negara penggagas Demokrasi tidak pernah menyombongkan diri tentang Demokrasi.

Salah satu ajang pesta Demokrasi baru saja dilakoni oleh warga Jawa Tengah, dengan diadakan PILGUB atau pemilihan Gubernur, dengan mengusung 3 calon, tidak perlu saya sebutkan namanya. Kabupaten Brebes menganut Demokrasi, jadi kemarin tanggal 26 ikut meramaikan pesta Demokrasi Pilgub. Kelurahan Kutamendala sebagai Kelurahan yang baik dan warganya juga baik-baik ikut meramaikan Pemilu Gubernur, dan berjalan lancar tanpa ada kerusuhan. Penduduk Kelurahan Kutamendala sudah cerdas, buktinya PILGUB aman dan nyaman, proses Pemiluberjalan lancar, sebelum jam 17 Wib sudah selesai dan kumpul di balai Desa.

Pemilihan kali ini memang tak seramai pemilihan Bupati, terbukti dari hasil penghitungan suara jumlahnya menurun, ini pertanda cerdas atau apatis terhadap acara pemilihan Pemimpin atau karena sudah merasa bosan dengan Demokrasi saya tidak tahu. Akhir tahun 2013 di Kelurahan Kutamendala juga akan mengadakan pesata Demokrasi yaitu PILKADES, apakah jumlah pemilih atau penoblos akan sama dengan PILGUB ? anda yang akan menjawabnya, karena anda adalah warga Kutamendala, memang Demokrasi adalah pilihan, mau noblos atau tidak urusan hati, namun kadang terkotori oleh duit, noblos dan tidak karena duit, dan itu menurut saya bukan bodoh, karena itu juga pilihan yang berhubungan dengan kebutuhan, meskipun kebutuhan sesaat.

Bagi teman-teman yang sudah umurnya 17 tahun, dan sudah mempunyai hak pilih, anda sudah dewasa untuk urusan memilih, silahkan asah otak anda untuk memilih, siapa dan untuk apa dipilih dan memilih. Rasanya sih kurang pantas kalau kita masih menganut Demokrasi tapi kita tidak ikut pestanya, meskipun kadang setelah pesta ada banyak tragedi, tapi jika kita memang cerdas dan mawas diri, kekacauan dan tragedi yang merugikan orang lain tidak akan terjadi, bagi para calon KADES, monggo dipikir cara agar warga Kutamendala tidak bosan dengan acara Demokrasi atau Pemilihan, apapun Pemilihannya, bagi para pemuda tancapkan dalam hati dan otak anda, masih layakkah Demokrasi atau mau pakai faham lain, tapi jangan lupa bahwa katanya Demorasi itu dari Rakyat Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat, silahkan tentukan pilihan anda di TPS.

DESAKU Bagian 4

Kelurahan kutamendala, penduduknya sudah sepuluh ribu jiwa, sepuluh atau dua puluh tahun lagi entah jadi berapa jiwa. Kutamendala sebagai wilayah dengan penganut Agama Islam sembilan puluh sembilan persen, tentu kegiatan keagamaannya tidak pernah sepi, dalam seminggu tidak ada hari gabug untuk acara pengajian, dari majelis Ta'lim orang tua sampai anak-anak. Kegiatan pengajian hampir sama dengan yang ada di Pesantren, pagi, siang, sore, dan malam hari ada, lebih semarak lagi saat malam Jum'at, hampir disetiap rumah terdengar alunan ayat suci Alqur'an. Surat yang paling digemari adalah Surat Yasin, dari anak balita sampai tua renta hafal dengan Surat yang satu ini, jangankan yang sekolah, bahkan nenek-kakek yang buta hurufpun hafal dengan surat ini. Bisa karena biasa, mungkin itulah peribahasanya, karena setiap hari TOA Mushalla berbunyi dan ada acara pengajian, pasti Surat Yasin tidak ketinggalan, tidak harus datang ketempatnya, suara TOA terdengar sampai rumah, sambil leyeh-leyeh mendengarkan orang mengaji, lama-kelamaan karena sering mendengar akhirnya mudah mengikuti dan hafal. Jumlah Masjid di Kelurahan Kutamendala bukan cuma satu, diantaranya adalah di Komplek Pekandangan, Kutamendala, Balong sari, Alfalah, Pandan sari, Purwosari, Dukuh satir, bahkan di Gardu sekarang ada dua masjid, satu lagi di Kengbeng atau Wadas Gumantung, sepuluh masjid dalam satu Kelurahan. Satu-satunya tempat ibadah lain adalah Gereja di Kengbeng atau Wadas Gumantung, meskipun ada dua agama dalam satu kelurahan tetap damai dan rukun.


Belum ada data yang lengkap sejak kapan Agama Islam masuk Kutamendala, dan apakah dahulu kala sebelum Islam masuk sudah ada Agama lain, sampai sekarang tidak ada penjelasan yang ilmiah. Kejayaan islam di Kutamendala sudah ada sejak jaman penjajahan Belandan, ada cerita suatu ketika rumah KH.Abu Seri diatangi Belanda, saat itu mereka sedang kehausan, dan ingin sekali minum air kelapa muda, sang Kiai dengan senyum ramah menyambut pasukan Belanda tersebut, hanya dengan sekejap mata tiba-tiba pohon kelapa yang tinggi melengkung, pak Kiyai mempersilahkan tamunya memetik kelapa muda sepuasnya, itulah salah satu kisah tentang Karomah Kiai ABu Seri, salah satu Ulama kebanggaan Desa Kutamendala. Banyak Tokoh penyiar Agama Islam selain beliau, ada Kiai Abu Kasan, H.Abdul Wahid, KH.Mustofa, H.Nurudin dan masih banyak lagi. Sebelum tahun dua ribuan, Ulama, ustad di Kelurahan Kutamendala hampir ada disetiap Komplek, bahkan jumlahnya setiap komplek lebih dari satu orang, seiring waktu mereka mendahului kita menghadap Ilahi. Sekarang keadaan berubah, orang tua lebih senang menyekolahkan anaknya disekolah umum daripada pesantren, yang katanya cuma belajar Ilmu Agama saja, karena sebab itulah jumlah Ustad di Kutamendala semakin berkurang, bahkan untuk saat ini tidak ada Kiai lagi, Pesantren yang diasuh Ustad Khaeron satibi belum maksimal santrinya, bahkan banyak orang tua enggan menyerahkan pendidikan anaknya di pesantren yang ada di Komplek Kutamendala tersebut, bukan hanya itu, sekarang untuk anak-anak kekurangan guru ngaji, hampir ditiap Komplek.

Pendidikan seseorang memang tidak dapat dipaksa, hampir sembilan puluh persen ditentukan oleh orang tua. Pendidikan Agama sekarang dianggap hanya pelengkap penderita, alasannya tidak ikut UN atau Ujian Nasional, biar nilai Pelajaran Agamanya sembilan tidak menentukan seorang anak lulus, kalau nilai pelajaran UN nya cuma dapat tiga, ironis memang. Pada tahun delapan puluhan orang tua tidak bingung mencarikan anaknya guru ngaji, karena hampir di setiap Mushalla ada Taman pendidikan Al-qur'an, dan yang paling menyenangkan hati orang tua selama mengaji itu tidak dipungut bayaran alias gratis, hanya pada saat khataman Al-qur'an saja orang tua menyerahkan Ayam Jago kepada Ustad anaknya, itupun sebenarnya untuk lauk dalam besek atau berkat, diperuntukkan bagi tamu yang menghadiri acara Khataman Al-qur'an, dan setiap acara tersebut selalu saja meriah, naik panggung dan membacakan Surat-surat pendek dalam Al-qur'an secara bergiliran sampai pada Surat terakhir yaitu An-nas. Jumlaha Masjid dan Mushalla bertambah, bangunan masji dan Mushala semakin kokoh, indah, bahkan terkesan mewah sekarang ini, hampir tidak ada Mushalla apa lagi masjid yang lantainya cuma plesteran, rata-rata sudah diubin atau keramik yang mengkilap. Mengkilapnya lantai Mushalla dan mesjid ternyata tidak menambah mengkilapnya yang beribadah, bahkan saat bulan Ramadhan datang Mushalla dan Masjid selalu dipercantik, namun sayang saat sepuluh terakhir ramadhan, jamaah shalat mulai sedikit, Tadarus Al-qur'an mulai sepi, semakin sunyi, semakin ramai pembicaraan soal baju, dan makanan lebaran sambil mencari rejeki dipinggir jalan, saat orang kota mudik, tak peduli siang hari.

Sesuatu yang besar tidak selamanya besar, Majapahit yang dahulu gagah perkasa sampai keluar negeri, kini lenyap tak tersisa. Orang-orang hebat tidak selalu ada dalam satu wilayah yang sama, begitu juga dengan Kutamendala, dahulu kala orang-orang yang berilmu Agama Islam banyak, berlimpah ruah pengetahuannya, dari Ilmu Fikih, tauhid, tasawuf dan lain sebagainya, kini perlahan mulai redup auranya, mungkin Tuhan sedang menguji, atau memang kurangnya perhatian terhadap Ilmu Agama sekarang ini, sebab aturan pemerintah yang menomorduakan pelajaran agama sehingga orang tua mulai enggan memperbanyak anaknya ilmu agama, atau memang ilmu agama hanya sekedar pelengkap penderita saja untuk jaman sekarang. Agama apapun mengajarkan tentang kebaikan, kebenaran, bahkan keindahan, agar manusia senantiasa ingat kepada sang Pencipta, pesan Nabi " carilah ilmu dari seorang anak baru lahir, sampai menjelang wafatnya " ilmu itu ilmu umum atau ilmu Agama anda punya kesimpulan sendiri, menurut keyakinan masing-masing, ingatlah selalu kata Bung Karno " JAS MERAH " Jangan sekali-kali melupakan Sejarah. Sesuai namanya yaitu Kutamendala, bahwa mandala dalam bahasa jawa artinya tempat Ilmu pengetahuan, maka sudah seharusnya sebagai warga Kutamendala harus selalu mencari ilmu dan, menjadi pusat ilmu pengetahuan untuk siapa saja.

Selasa, 09 April 2013

DESAKU Bagian 3

Setiap mahluk hidup pasti akan merasakan mati, kalimat itu datangnya dari Tuhan. Desa Kutamendala warganya hampir seratus persen menganut agama Islam, dan menurut hukum Islam orang yang mati harus dikubur, kecuali matinya dilautan atau kebakaran lain cerita. Desa yang luas wilayahnya ini mempunyai TPU ( Tempat Pemakaman Umum ), sering disebut Kuburan atau Makam. Kuburan yang luas adalah Makam Gede, terletak di sebelah timur Komplek Kutalembang dan Balong Sari, dimakam itu ada kuburan Almarhum KH. Abu Seri dan para sesepuh Desa terdahulu, di sebelah utara tepatnya di Komplek Kutamendala ada Makam Keramat, letaknya dibawah Gunung Anjing, dimakam inilah sebenarnya para pendiri Desa Kutamendala dikebumikan, sebab Makam Keramat adalah makam tertua Desa Kutamendala, meski sampai sekarang belum jelas silsilahnya siapa saja yang dimakamkan disana, dan sejak jaman Kerajaan apa Makam Keramat ada, tentu disana ada situs yang mesti digali kebenarannya, sebab dari namanya saja penuh tanda tanya, begitu juga dengan nama Kutamendala, pada jaman Kerajaan Hindu dan Budha Mandala artinya tempat para pendeta, atau tempat belajar, menuntut ilmu, yang setelah Agama Islam berkembang berubah nama menjadi Pesantren, dan diujung Komplek Kutamendala masih tetap dinamakan Pesantren, sekarang sudah dibangun lagi Pesantren yang diasuh oleh Ustad Khaeron Syatibi, di Komplek Pesantren menurut cerita ada sumber mata air yang disebut sumur kanoman, airnya dapat untuk obat dan jika meminumnya sang peminum menjadi awet muda, atau wajahnya terlihat muda, sekarang sumur itu kurang perawatan.

Selain Makam Gede dan Keramat ada Makam Gunung Pandan, disebelah barat Komplek Pandan Sari, sebelum masuk Makam ada sumur yang dinamakan Sumur Belimbing, orang tua jaman dulu tentu tidak akan asal memberi nama suatu tempat, seperti halnya dengan Sumur Belimbing. Sekarang pohon Belimbingnya sudah tidak ada, tetapi sumurnya masih ada, bahkan saat musim kemarau airnya tidak kering, padahal sumur Belimbing tidaklah dalam, menurut cerita air sumurnya bisa buat obat Kelayu, atau obat untuk penyakit tertentu. Nasib sumur Belimbing hampir sama dengan sumur banyu Kanoman, tidak terawat. Sebelah barat Komplek Pekandangan ada Makam Candi Garit, letaknya dibibir jurang Kali Pedes, sampai sekarang kata Garit belum ketemu makna yang tepat untuk warga Kutamendala, karena kata ini sudah jarang diucapkan, kecuali untuk menyebut nama Makam tersebut. Sebelum memasuki Komplek Gardu ada sebuah Makam lagi, meski sekarang luasnya berkurang karena terkena gusuran untuk pelebaran jalan. Selain Makam-makam tersebut masih ada banyak makam yang tersebar di wilayah Kelurahan Kutamendala, salah satunya adalah di Karang Sawah Utara, tepatnya dibawah pohon Kecacil, ada makamnya salah satu pendiri Karang Sawah yaitu, Kaki ASMA NGALIGARENG, namun sekarang sudah rata dengan tanah dan dijadikan rumah serta pos ronda.

Komplek Dukuh Satir yang berbatasan dengan Desa Makam Dawa, memiliki Makam Keramat yang disebut Pesanggrahan, dan setiap tahun dikunjungi warga Karang Sawah setelah tujuh hari lebaran, kegiatan tersebut dinamakan NYADRAN. Menurut cerita Makam tersebut adalah tempat singgah Syekh Maulana Malik Maghribi saat berdakwah menyebarkan agama Islam dipulau Jawa, Kelurahan Kutamendala atau Kabupaten Brebes adalah daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, tidak menutup kemungkinan cerita itu benar, meski sampai sekarang belum ada penelitian ilmiah tentang situs makam tersebut. Sebenarnya banyak kisah-kisah tentang makam-makam yang ada di Kelurahan Kutamendala namun masih simpang siur, ada cerita tentang Makam Mbah Bolang, yang sampai sekarang ada daerah persawahan yang disebut Candi Bolang, Mbok Sijem dideket hutan alas Jati Lor, dan di Karetan yang ada sumber air panasnya, berbatasan dengan Kelurahan Prupuk. Sampai sekarang pihak Desa belum memberikan perhatian khusus tentang makam. Keberadaan makam yang setiap tahun bertambah penghuninya tidak semakin luas, bahkan bisa dikatakan semakin sempit, semakin banyak warga yang mengkijing atau mendirikan bangunan pada kuburan semakin sempit lahan untuk mengubur mayat, jika ini terus terjadi maka dikemudian hari akan ada perselisihan saat mau mengubur mayat.

DESAKU Bagian 2

Kelurahan Kutamendala salah satu kelurahan luas di wilayah Kecamatan Tonjong, kalau dilihat dari jalan raya memang kelihatan kecil, tetapi wilayah Kutamendala sebenarnya memanjang dari perbatasan kabupaten Tegal sampai Ciregol, atau Kelurahan Tonjong, disebelah utara ketimur sampai perbatasan Kelurahan Karang jongkeng. Kelurahan Kutamendala terdiri dari beberapa dukuh atau biasa disebut komplek, Kelurahan Kutamendala biasa disebut juga Karang sawah, orang luar Kelurahan Kutamendala lebih mengenal karang Sawah daripada Kutamendala, namun anehnya Karang Sawah hanya disebut untuk beberapa komplek saja, Dukuh satir dan Gardu tetap diucapkan sesuai nama komplek.

Desa pertama adalah Kutamendala, letaknya dipinggir hutan jati lor, kali Lor, sampai sekarang masih ada sisa-sisa peninggalannya, diantaranya adalah Pesantren, dan Kuburan Keramat dekat Gunung Anjing, emnurut cerita orang tua, sebelum Kutamendala ada Desa lagi didalam hutan, deket Slengsing keatas, setelah jaman Kemerdekaan, dan peristiwa G 30 S PKI, dan DI/TII, masyarakat Kutamendala mencari tempat aman turun kebawah yang sekarang disebut karang Sawah, jaman dulu banyak Karang atau tempat pembakaran batu kapur, yang biasa disebut Bubuk, sebelum jadi rumah adalah persawahan yang luas, awalnya hanya sebuah gubuk untuk berteduh saat sedang nggebah manuk prit atau nungguin padi yang mulai menguning siap untuk dipanen, karena keadaan Desa Kutamendala yang tidak aman oleh para pemberontak NKRI, katanya, akhirnya gubuk yang tadinya kecil dirubah menjadi rumah tempat tinggal sekeluarga, satu persatu pindah demi keamanan, lama-kelamaan jumlahnya semakin banyak, dan betah tinggal disawah, mungkin itu salah satu awal disebutnya karang sawah.

Kita mulai dari sebelah utara, Komplek Kutamendala nama tetap tidak berubah, dibawah kutamendala adalah komplek Tangsi baru, atau sekarang lebih dikenal Balong Sari, dan terpisah Kali Lor ada Karut atau karang Sawah Utara. Komplek Balong Sari berdekatan dengan Kuta lembang, sebelahnya Alfalah, lalu sebalah selatan paling timur ada Pekandangan, sebelah barat ada, Karang Asem, dan Sidodadi, lebih akrab disebut SKM ( Sidodadi Karang Asem ), terpisah rel ada Komplek baru yang namanya Undung-undung, ini mungkin dapat menjadi contoh awal berdirinya karang Sawah, karena awalnya di Undung-undung hanya ada satu dua rumah, sekarang sudah menjadi Komplek sendir, dengan Karang Sawah hanya berbeda kisah sejarah saja. Sebelah selatan ada Komplek Dukuh Satir, kemudian terpisah kali Pedes ada Purwosari atau Pulo Sari, posisinya sejajar dengan Undung-undung. Dekat jalan Raya dan lapangan Perhutani ada Pandan Sari, Komplek yang cukup besar, menjadi sentral Kelurahan Karang Sawah, namun Panda Sari sekarang menjadi tiga, ada Sumber Harjo, dan Gunung Pandan, meskipun Sumber harjo awalnya hanya sebuah nama Rice Mill milik HJ, Masyitoh, tapi warga sekitar seperti ingin memisahkan diri dan menamakan Komplek Sumber harjo, mirip antara Palestina dan Israel, Negara didalam Negara, Gunung Pandan contoh kedua dari sejarah karang sawah, dari satu rumah sekarang sudah puluhan rumah berdiri, listrikpun sudah menerangi, bahkan ada SMK Tonjong didalamnya.

Sebelah barat yang bersiinggungan dengan Kabupaten Tegal adalah Komplek gardu, keselatannya ada Komplek kengbeng, biasa disebut juga Wadas Gumantung. Gardu adalah Komplek terbesar di kelurahan Kutamendala, rumah-rumah dipinggir rel dan deket sawah, kini bahkan sudah banyak sawah yang menjadi rumah di Gardu, ada Isyu bahwa Komplek Gardu mau memisahkan diri dan menjadi kelurahan sendiri, namun entah kapan belum jelas, Komplek gardu juga ada beberapa Komplek diantaranya, Krompot, Kubang kelong, dan Gili Putih. Jumlah penduduk kelurahan Kutamendala mungkin paling banyak se Kecamatan Tonjong, kalau warganya masih memakai KTP kampung, karena urusan pekerjaan, banyak warga Kelurahan Kutamendala yang pindah kewarganegaraan, sesuai daerah perantauannya. Sepuluh tahun atau dua puluh tahun kedepan mungkin akan ada nama Komplek baru di Kelurahan Kutamendala, yang paling dekat adalah wilayah jati Bungkus, sebelah Gunung Pandan, dari SMKN Tonjong menuju Gardu sudah banyak rumah berdiri, bisa jadi dengan ide dari para penghuninya akan menamakan wilayah itu adalah Komplek baru, dan jika sampai terjadi maka jarak antara Karang Sawah dan Gardu menjadi semakin dekat. Monggo silahkan usul nama untuk saudara baru kita. Aparat pemerintah Desa Kutamendala harus memikirkan gejala-gejala pertumbuhan penduduk dan pelebaran wilayah, khususnya dikemudian hari nanti akan ada nama-nama baru, kalau untuk jumlah wilayah tidak mungkin nambah, semakin banyak rumah dan bangunan di wilayah Desa Kutamendala, semakin sedikit jumlah lahan, ladang maupun sawah, apa kiat dan langkah Pemerintahan Desa Kutamendala untuk mengatasi itu, kita tunggu saja Gebrakannya.

DESAKU Bagian 1

Desaku ada diujung Kabupaten Brebes, paling selatan sebelum Bumiayu, ada tiga kali yang menjadi sumber air, Kali Lor atau ada yanng menyebut kali prupuk, Kali kidul atau Kali Pedes, dan Kali Glagah. Kali Lor memiliki keunikan banyak batu besar dan kuat, berwarna gelap seperti warna kulit kebo, disebelah utara ada hutan jati yang hijau dan rindang, sebelum habis dicuri massal pada awal masa Reformasi, tapi kini jati muda sudah mulai tumbuh dan menghijaukan kembali hutan dekat kali Lor, kali pedes dengan ciri pasir hitam dan batu kecil yang mudah dipecah, pasir dan batu kali Pedes adalah sumber daya alam yang sudah terkenal seantero Kabupaten Brebes, bahkan sampai Tegal, pasir dan batu yang melimpah ruah perlahan seakan habis dikuras oleh pengusaha batu belah atau split, koral, sehingga kini kali Pedes mengalami penurunan kualitas pasir dan batu karena semakin langka. Kali Glagah hampir sama dengan kali Pedes, pasir dan batu kecil-kecil, namun kualitas pasirnya lebih bagus kali Pedes, sebab Kali Glagah pasirnya berlumpur, warnanya tidak sehitam pasir kali Pedes. Ketiga kali ini memiliki keistimewaan masing-masing, dan ketiganya adalah sumber penghasilan yang tidak habis-habisnya, dan mungkin tidak akan habis jika hanya diperuntukkan bagi warga Kelurahan Kutamendala saja. Selain Kali dan Hutan atau alas, Kutamendala juga ada beberapa Gunung, meskipun bukan Gunung berapi, disebelah utara deket komplek Kutamendala ada Gunung Anjing dan Gunung Asu, didekat Komplek Pandansari ada Gunung Pandan, dan disebelah barat deket Komplek gardu ada Gunung menjangan. Ketiga Gunung tersebut sebenarnya bukan seperti gunung-gunung yang kita bayangkan, misal Gunung Slamet atau merapi, Gunung di Kelurahan Kutamendala adalah sebuah bukit kecil yang tidak terlalu tinggi, entah mengapa bukit itu dinamakan gunung. Digunung-gunung tersebut berisi tanaman-tanaman perkebunan, misal bambu, bodin, angkrik dan lain sebagainya, tanamannya heterogen, tergantung dari pemilik tanah didunung tersebut, Banyak kisah tentang asal usul nama Gunungtersebut namun sampai saat ini belum ada yang menuliskannya, yang banter tersiar adalah cerita-cerita mistiknya, nasib yang tragis adalah Gunung pandan, sejak ada SMK Negeri TONJONG, Gunung Pandan semakin berkurang, hanya tinggal beberapa ribu meter saja, dulu Gunung Pandan sejuk dipandang karena banyak pohon, sekarang hijaunya alam berganti pemandangan warna kuning coklat karang sisa pengerukan, dan tanah yang dulu subur seakan sirna akibat pembangunan yang katanya untuk kemakmuran, tapi nyatanya kata kemakmuran jauh panggan dari api, alias terbengkalai. Gunung Menjanganpun sekarang tinggal separo, sebab sudah diratakan setengah, hanya gunung anjing yang masih tegak berdiri karena jauh dari kampung, mungkin jika letaknya deket jalan raya nasibnya akan sama. Dahulu kala hampir seratus persen penduduk Desa Kutamendala adalah petani, pemilik sawah atau penggarap sawah, anak usia belasan tahun sudah mahir macul, seiring perkembangan jaman, dan semakin banyak jumlah penduduk, sawah yang tadinya ditanami padi, jagung dan tanaman palawija kini berganti bangunan rumah, dan tempat usaha, jumlah lahan sawah semakin berkurang, khususnya diwilayah Candi Bolang dan jati Bungkus, semenjak berdiri SMK, jalur irigasi terganggu, bahkan sebagian habis, sebab karena bangunan akhirnya wangan hilang yang akhirnya nasib sawah deket SMK terbengkalai, tidak produktif, sampai sang pemilik sawah menjualnya, dan kini sawah-sawah tersebut menjadi rumah. Semakin berkurangnya jumlah lahan sawah, semakin sedikit hasil panen dan semakin mahal harga beras. Sekarang kebanyakan warga Kelurahan Kutamendala adalah Perantauan, bukan hanya di jakarta, atau di Indonesia, bahkan sekarang sudah banyak yang menjadi Tenaga kerja Indonesia diluar negeri. Perubahan sosial dari Petani menjadi perantau tentu merubah gaya hidup warga kelurahan Kutamendala, dan sekarang anak umur belasan sudah tidak mahir macul, bahkan yang umur tiga puluhanpun sudah lupa dengan jurus maculnya, karena sudah lama tidak menginjakkan kaki diswah. Sepuluh atau dua puluh tahun mendatang entah apa jadinya nasib Desa Kita, Hutan yang dulu setiap libur panjang sekolah kini sepi, kali yang dulu sarana bermain dan berenang kini sunyi, sawah untuk belajar bercocok tanam kini dijauhi. Masihkah akan bertahan desa Kutamendala atau akan menjadi Kota mandala.

Sabtu, 30 Maret 2013

TAKSI DAN METROMINI

Bagi orang yang sering kekota Jakarta tentu tidak asing dengan nama Taksi dan Metromini, angkutan umum yang setiap hari siap mengantarkan siapa saja dan kemana saja sesuai keinginan diwilayah Jakarta. Memang ada banyak jenis angkutan umum di Ibukota Jakarta, antara lain, Kereta KRL, Bajaj, Kancil, Mayasari Bakti, Busway, bahkan Becakpun masih ada yang operasi diJakarta. Kali ini saya akan mengusik dua angkutan umum Jakarta yaitu Taksi dan Metromini. Taksi adalah angkutan umum dengan ukuran kecil, karena lebih banyak menggunakan armada sedan, meski sekarang ada yang menggunakan sejenis kijang, angkutan ini lebih diminati oleh mereka yang mempunyai uang banyak, alasannya karena Taksi lebih nyaman dan aman ketimbang angkutan lain. Taksi cara pembayarannyapun berbeda dengan angkutan lain, tidak ada kenek dan tidak ada tawar menawar, sebab Taksi menggunakan argo, meski ada beberapa taksi yang masih menggunakan metode Bajaj, yaitu tawar menawar harga sebelum naik, biasanya yang model begitu adalah jenis Taksi bayangan atau Taksi gelap, atau milik pribaadi, tetapi normalnya sebuah Taksi menggunakan argo. Untuk ukuran Masyarakat menengah kebawah taksi adalah angkutan yang mewah, sebab hanya membuka pintu saja ongkosnya sama dengan pulang balik ongkos mayasari bakti. Taksi juga ada kelas-kelasnya, mereka menggunakan istilah tarif bawah untuk yang murah dan tarif atas untuk taksi Eksekutif atau VIP. Masyarakat ekonomi menengah kebawah bahkan membuat lawakan kepada teman-temannya " apa bedanya turis asing dan turis lokal saat naik taksi ? " jawabannya, kalau turis asing naik Taksi yang dilihat adalah diluar atau pemandangan seputar perjanan, karena mereka sangat mengagumi keindahan Ibukota Indonesia, sedangkan turis lokal yang dilihat adalah dalam kendaraan, yaitu angka-angka yang terus bergerak naik yang disebut argo, semakin jauh dan semakin lama perjalanan apalagi terjebak macet maka angka didalam argo semakin naik, dan semakin mahal ongkos yang mesti ditanggung. Metomini adalah angkutan kota yang murah meriah, tarifnya cuma dua ribu rupiah jauh dekat tujuan penumpang, sama-sama angkutan umum, namun Metromini lebih disukai kalangan menengah kebawah, bayangkan jika naik taksi, baru buka pintu saja sudah lima ribu ongkosnya, kalau naik Metromini, uang lima riu bisa untuk pulang balik. Metromini tidak mengenal istilah macet atau jauh tujuannya, pokoknya sampai terminal ongkosnya sama dua ribu, nikmatnya naik metromini ialah dia masuk kampung atau jalan kecil yang tidak begitu ramai, sehingga anak sekolah banyak yang menggunakan jasa angkutan ini, bahkan supir dan kenek Metromini selalu memberi diskon lima puluh persen untuk anak sekolah. Sudah banyak orangg yang sekarang menjadi pejabat yang dulunya menggunakan jasa Metromiini, meskipun demikian supir atau pemilik jasa angkutan ini tidak disebut dalam seminar atau buku yang dia tulis, bahkan mungkin ucapan terima kasih juga tidak, dan supir Metromiini tidak pernah protes. Hanya sedikit perbedaan antara Taksi dan Metromini selain urusan ongkos, supir Taksi lebih klimis, sedang supir Metromini kusut. Kedua angkutan umum ini sama-sama berjasa bagi warga Jakarta, khususnya bagi warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Seiring perkembangan jaman, kedua nagkutan ini berbenah, warna cat yang terkelupas atau sudah lama diperbaharui, dan tarif akan mengikuti perkembangan harga BBM. Tentu cara pengelolaan Taksi dan Metromini berbeda, harga kendaraannya saja berbeda, Taksi semakin hari semakin cantik dan selalu ada inovasi, sekarang ada Taksi yang ada televisinya agar penumpang lebih nyaman dan tidak ketinggalan hiburan serta informasi, ada GPS nya, AC nya juga semakin sejuk, bisa ditelpon kapan saja dibutuhkan, sedangkan Metromini dari dulu sampai sekarang sama saja. Kursinya keras, kadang kacanya pecah, kursi supir sudah tidak lurus sehingga supir saat menyetir badannya miring, asap knalpotnya keluar, suara mesin mobil bising dan kotor. Taksi dan Metromini mirip dengan Partai politik, semakin banyak penumpangnya semakin baik pelayanannya, semakin banyak pengikut semakin banyak pejabat dari partai tersebut, namun Metromini sama saja, banyak atau sepi penumpang pelayanan sama saja. Metromini kini semakin ditinggalkan penggemarnya, bahkan sekarang ada yang naik karena terpaksa, munculnya Trans Jakarta atau Busway, menambah penderitaan supir Metromini, semakin sedikit orang yang mau naik Metromini. Karena kekecewaan para penumpang atas ulah supir maka Metromini sering dihindari penumpang, sebabnya antara lain, suka ngebut, ngetem lama, dan memindahkan penumpang ke Metromini lainnya. Kini nasib Mtrimini diujung tanduk, bahkan sudah banyak Metromini yang tidak kuat lagi memberi upah kenek, supir merangkap kenek. Berbeda dengan taksi kini semakin mentereng saja, sedan-sedan mahal dijadikan Taksi, semakin banyak jenis taksi, putih, merah, hitam dan lainnya, jakarta seperti menjadi pelangi Taksi. Taksi akan mengantar penumpang sampai tujuan, semakin sedikit penumpang semakin senang, karena ongkosnya sama, namun berbeda dengan Metromini, semakin sedikit penumpang semakin sedih sang supir, dan semakin hampa harapan penumpang untuk sampai tujuan. Hidup memang harus memilih, dan kadang pilihan itu datang saat duit dalam kantong terhitung, mau memilih Taksi atau Metromini itu urusan anda.

Senin, 25 Februari 2013

DARA Kau telah memikatku membuka mata dan batin dara... baru kurasakan kini nikmatnya bercumbu denganmu malam terbawa mimpi dara... sekian lama menatapmu sekian lama menantimu tak terpicing mata ini dengan sabar setia menanti dara... indah matamu lembut bulumu membuatku iri kadang lupa diri oh dara... kini kupergi jauh meninggalkanmu dalam sepi kumeracau kusebut namamu dara... rindu ini menggamit jiwa menggugah asa merujuk makna ada apa denganku dara... kutulis sebait kata untukmu meski kau tak tahu apa yang kutulis dara... bertahanlah tanpaku kau dan aku belajar terbang terbang melintasi angkasa terbang demi sebuah mimpi dara... teruslah kepakkan sayapmu