Minggu, 20 Mei 2012
SHOHIBU BAYTI
Shohibu baytii..... Ya shohibu baytii
Imamu hayatii..... Ya imamu hayatii
Mursyidu imanii..... Anta syamsu qolbiy
Qomaru fuadi..... Ya qurratu 'aini
Syafi'u nashibiy..... Ya maula jihadiy
Ufuqu syauqi..... Ya baabu akhirati
Engkau tuan rumah didalam hatiku
wahai pemimpin hidupku
Penuntun imanku
Engkau Cahaya mentari hatiku
Rembulan jiwaku
Wahai penyejuk mataku
Penolong dari beban beratku
wahai muara perjuanganku
Cakrawala rinduku
Wahai pintu keabadianku
Rasulullah penjaga pintunya
Kita telah menyakiti hatinya
lelaki itu
Kekasih yang kedalaman cintanya tak tertandingi itu
Telah kita sakiti hatinya
Ia bahkan tidak pernah perduli kepada dirinya sendiri
Tetapi kita menyakiti hatinya
Ia hidup untuk menyelamatkan kehidupan kita
Tetapi kita menyakiti hatinya
Ia menghabiskan siang dan malam untuk keselamatan kita
Ia bersujud memohon neraka agar dijauhkan dari kita
Bahkan ia mati dengan menyebut-nyebut nama kita
Tetapi kita menyakiti hatinya
Karena ada dia maka kita ada
Tetapi karena ada kita maka dia menjadi menderita
Lelaki itu bahkan lebih mulia dari surga
Namun ia merendah menjadi debu hina
Keagungan pribadinya tak tertandingi oleh seribu jagad raya
Tetapi selalu ia menundukkan kepala sebagai hamba yang papa
Ia bukan tinggal disurga
Tetapi surgalah yang bergembira tinggal didalam dirinya
Kebahagiaan merasa bahagia karena kebahagiaan
Tinggal didalam jiwanya
Tetapi tiap larut malam tiba ia mengucurkan airmata
Karena bersedih melihat nasib kita
Setiap malam ia menangis dalam sujudnya
karena hatinya perih memandang kehidupan kita
Ia dilarang masuk neraka
Api neraka haram menjilatnya
karena kalau sampaii api neraka itu menyentuhnya
Api itu padam dan lenyap panasnya
Api yang gemuruh tiba-tiba senyap
Jika lelaki itu melangkahkan kaki ditepian neraka
seluruh api rebah
Semua kedahsyatan itu bersimpuh dihadapan wajahnya yang teduh
Jibril dan semua malaikat yang lain berjalan berduyun-duyun
dibelakang langkahnya,menjadi makmumnya
Semua makhluk Allah dibelakang langkahnya menjadi makmumnya
Ya Allah terimalah kami menyelinap diri diantara makmum-makmum itu
Melompati semesta demi semesta
Bertasbih kepadanya sang aza wajala
Maafkan kami ya Rasul
Kami telah menyakiti hatimu
kami tidak mampu menjaga perasaanmu ya Rasul
Amat sangat ia mencintai kita
Tetapi kita membalasnya dengan dusta
Dengan hidup yang main-main
Dengan langkah yang main-main
Dengan kepemimpinan yang main-main
Dengan cara hidup yang hina dan penuh aniaya
Semua orang telah dibutakan matanya
Ia penghulu rahmatan lil alamin
Tetapi kita main-main
Akal kita dayagunakan untuk maling
Negara kita Makdubbin
Pemimpin kita dholim
Alam menjadi demam
Bumi bergetar
Lempengan-lempengannya menggeliat seperti nadza
Gunung panas suhunya
Laut meluap airnya
Api neraka tidak sabar hatinya meluap keatas bumi
memanggang kita dan anak-anak kita
wahai penghulu rahmatan lil 'alamin
Ihdinassirotol mustaqim.....
Dikutip dari buku " Spiritual journey " pemikiran dan permenungan EMHA Ainun Nadjib
SEPULUH MENIT
dalam sepuluh menit apapun bisa terjadi
sepuluh menit awal
sepuluh menit akhir
sepuluh menit sedih
sepuluh menit bahagia
sepuluh menit tidak kurang
sepuluh menit tidak lebih
sepuluh menit datang
sepuluh menit berlalu
sepuluh menit kemudian
sepuluh menit mengejar
sepuluh menit terkejar
sepuluh menit sekejap
sepuluh menit lama
sepuluh menit waktunya
sepuluh menit lagi
sepuluh menit sampaikah
sepuluh menit cuma
sepuluh menit karena
sepuluh menit sudahlah
KAKI KAKI
dulu kau gagah perkasa
gunung kau daki berlari
laut kau sebrangi bernyanyi
tak sejengkal tanah ini tersisa
suaramu masih seperti dulu
ingatanmu masih tajam
suaramu ombak dilautan
ingatanmu setajam penikam
kekar ototmu mulai layu
pandang matamu mulai kabur
kini bukan lari tapi mlaku
tak sehari lupa cerita kubbur
jalanmu tak lagi tegap
dadamu tak lagi membusung
semangatmu tetap meluap
hatimu setegar gunung
kaki kaki tak lelah mendaki
menyibak embun diremang pagi
diiringi kata kata suci
kaki kaki yang selalu ingat mati
KERETA API
kuda besi bau asap
berjejer rapi tanpa tali
gerbong bau asap
bunyi mesin brisik sekali
ular besi sisa penjajah
mengekor melewati sawah dan lembah
disudut gerbong penuh sampah
ditidur jiwa mulai lelah
jes gujes jes gujes beriring bunyi peluit
kuda besi melaju pelan kedepan
seskali gesekan besi berderit
sepenggal do'a dipanjatkan
langit mulai biru
mentari hadirkan senyum
laju kuda besi semakin memburu
lagu pedagang berdentum dentum
ular besi menari ditikungan
kembali do'a dipanjatkan
demi keselamatan sampai tujuan
kini ekornya meninggalkan lebat hutan
ditengah gerbong kereta api ekonomi
disela sela ramai penumpang
disitu terucap sebuah janji
dilain waktu kita akan datang
kereta api sebentar berhenti
menanti laju kereta api eksekutif dan bisnis
sebentar terlupakan janji
tersisa duka dalam tangis
kabar datang dari jauh
maut datang ditengah gelap
isi hati menjadi luruh
gerbong kereta terasa semakin pengap
sebelum sampai stasiun tujuan
tak tahan hati kaki melompat
berjuta rasa dalam pikiran
dalam galau sepi kian rapat
kereta api pergi tanpa permisi
sekali menatap kedepan tak tengok belakang
ditengah hari terik sendiri
mengingat janji tak lagi dikenang
KORENG
saat pertama datang kau mengasyikan
kugaruk pelen-pelan sampai ketiduran
sekali dua kali kau masih kusuka
kuraba kuusap sampai tak berdaya
gatal kecil yang melenakan
tanpa kusadar membekas sisa garukan
ooooh mata merem melek keenakan
tapi lihat darah mulai berceceran
saat itu hari sudah malam
sepi merayapi ranjang dan kasur
dalam hening ujung jari merayap digelap malam
diusap diraba kurang puas dikukur-kukur
bangun tidur lalu mandi
sesiwur air merayap dari atas kebawah
ooooow ada perih kurasai
kulit lecet mantan garukan kuku masih merah
terlambat mengambil obat merah
busa sabun sudah melicinkan tubuh
dikamar mandi penuh keluh kesah
berkali-kali kuucap kata aduh
ooooh ini rupanya pulau kecil itu
setelah kering membekas disebut koreng
ah...malu tapi mau
mengusap menggaruk didepan banyak orang
koreng
indah diucapkan
koreng
kau penuh kenangan
koreng
kau teman setiaku
koreng
kemanapun kupergi kau selalu ada
koreng
kutulis kisah untukmu
untuk semua yang punya koreng
~ diperuntukkan bagi empunya koreng diseluruh dunia ~
# selamat menggaruk #
UJUNG JALAN
Beribu jalan telah kulalui
diatas dua kaki dibawah mentari dan rembulan
berjuta jalan belum kulalui
diantara ingin dan enggan
jalan jalan tak berujung
sedikit kenang dan harap
hidup tak selalu mendung
beriring kata teerucap
dimana ujung jalan
telah lama kucari
bertahun-tahun perjalanan
ujung jalan belum kutemui
dijalan mana hidup kan berujung
ditanah siapa nafas kan terhenti
kepastian yang bingung
entah kapan terjadi
setapak selangkah susuri jalan
datar, terjal sedikit gamang
melintasi tikungan kiri kanan
sesekali kaki mengambang
ujung jalan yang kucari
menanti setiap waktu
kami telah berjanji
untuk kembali bertemu
belum juga aku temukan
kutanya lagi kepada langit
oooh terjalnya jalan sebelah kanan
ceracau burung-burung pipit mata sipit
kaki kembali melangkah
menyusuri rimba daratan
berganti jawaban berjuta gundah
ujung jalan penuh rintangan
hidup kian pelan
nyanyian syahdu jarang terdengar
mungkin jawaban hanya ada ditanah gundukan
sehingga manusia malas mendaftar
kupandang laut ditepi ombak
kutanyakan dimana ujung jalan
angin laut berteriak
menjawab dengan deburan
airmata tak guna juga senyuman
silahkan tertawa sedih
waktu tetap berjalan
sampai kaki tak lagi merasa letih
kugali tanya diatas gundukan tanah baru
harum mawar menjawab bimbang
ada banyak jawaban disekitarku
aku tak pernah menang, aku bimbang
keraguan untuk menjawab
kekakuan untuk mengucap
kelelahan terjerembab
tak sepatah katapun terucap
ujung jalanku kian dekat
kupandangi langit dan bumi
harum tanah sunyi pekat
aku masih terbelenggu janji yang tak pasti
disini aku menunggu
disana tak pernah menanti
tiada lagi tari dan lagu, hanya bisu
tiada lagi caci maki dan ingkar janji, semua sendiri-sendiri
JUM'AT
Kau bilang ini hari mulia
tapi kau santai santai saja
Kau suruh aku untuk siap siaga
tapi kau belum terjaga
Jum'at diujung pagi
Rumput hijau sudah mandi
Jum'at yang mulai mati
Dirundung sepi tak bertepi
Diatas dipan bambu diujung jalan
manusia dan hewan berlalu lalang
mengutuk hari terus berjalan
siapkan bambu dan parang
Jum'at diterik siang
tak juga kaki beranjak
ramai sibuk tak kepalang
Jum'at tak lagi sepi, diujung gang anjing menyalak
satu persatu berjajar rapi
pakaian kumal tak beralas kaki
berharap Jum'at tak pernah sepi
kemana lagi mengais rejeki
kau katakan Jum'at itu singkat
padahal waktu tak pernah telat
kau resah saat datang waktu shalat
dengan geram kau katakan Jum'at keparat
Jum'at tetap Jum'at
berjuta kisah ada dihari Jum'at
Hari mulia dihari Jum'at
Berkumpul bersama para malaikat
Sabtu, 28 April 2012
SEMAYA
Tidak ada yang sempurna, itulah kehidupanku. Harapan demi harapan sejak dulu selalu ada dan senantiasa memenuhi isi kepala. Awal kehidupan tak terlalu kuingat, namun keadaan keluarga masih melekat semenjak kecil, sejak aku mulai dapat berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain. Mungkin tidak ada yang istimewa, hanya kesan yang kadang menggelikan untuk diceritakan, sebagai seorang anak aku tak pernah menginginkan sesutu yang belum aku tahu atau mengerti. Makan minum, tidur dan bermain itu sudah cukup untuk sebuah modal perjalanan hidup. Sekolah, pertama dalam ingatanku pernah masuk taman kanak-kanak namun tidak sampai lulus entah mengapa sebabnya, juga tidak tahu berapa umurku saat itu. Setelah beberapa bulan kemudia masuk sekolah dasar, disitulah awal mengenal apa yang disebut belajar, tadinya aku mengira disekolah itu adalah tempat untuk bermain sepuas-puasnya, ternyata disana disuruh belajar, menghafal huruf, bernyanyi dan berhitung, bahkan sepulang sekolahpun masih disuruh untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau PR. Sampai dua tahun aku tidak kerasan disekolah sebab ternyata sekolah membatasi ruang bermainku, ditahun ketiga mulai ada semacam tuntutan harus dapat membaca dan menulis juga berhitung, dan masih dalam isi otakku semua tidak mempunyai arti apa-apa, untuk apa menulis, membaca dan berhitung. pelajaran kesenian lumayan dapat menghibur kegalauan hati sebab lebih sering menyanyi daripada menulis, namun untuk bernyanyi biasanya disuruh menulis terlebih dahulu syair lagu dengan tanda balok yang sangat merepotkan, tapi setengah jam kemudian diisi dengan menyanyi dan menghafalkan lagu tersebut,tidak banyak lagu yang dapat dipelajari sebab dalam seminggu hanya satu jam pelajaran, dan untuk menghafal satu lagu kadang sampai sebulan.
Pelajaran yang aku suka waktu itu hanya bahasa Indonesia, sebab pelajaran itu tidak banyak menghitung. Saat tiba pelajaran matematika dan IPA kepala rasanya pusing, disuruh menambah, menjumlah, membagi juga menghafal nama-nama asing yang jarang terdengar dilingkungan rumah, kadang menjemukan. Kelas tiga SD mataku mulai hafal dengan huruf latin dan juga huruf arab, mulai lancar juga membaca kedua jenis huruf tersebut meski masih tersendat-sendat. Pantun adalah salah satu pelajaran yang kusuka setelah puisi dan dongeng, jika sudah pelajaran itu maka mata dan telinga dipaksa untuk serius memperhatikan, meski tidak mengerti apa artinya dari kalimat-kalimat yang ada dalam buku dan yang diucapkan oleh guru. Tulisan tanganku sudah mulai bagus kata guru dan kata kedua orang tuaku, sebenarnya kedua orangtuaku tidak dapat menulis apalagi membaca, namun dia selalu bersemangat saat aku mengerjakan PR dan belajar membaca, anehnya mereka hebat dalam berhitung, meski tidak tahu angka namun kalau disuruh menghitung kecepatannya seperti kecepatan cahaya. Pernah suatu ketika ada Pr matematika, dan aku bertanya kepada mereka sebelum aku selesai menghitung dengan pensil mulut bapak sudah menjawab, dan ternyata benar, ajaib, hebatnya bapakku. mulai dari kejadian itulah aku belajar berhitung dengan sungguh-sungguh agar tidak kalah dengan bapak atau ibuku, sering bapak menggoda dengan mengatakan " jangan sampai kalah sama orang yang tidak sekola " namun tidak pernah sekalipun aku dapat mengungguli kecepatan hitun bapak, namun bapak selalu memberitahu cara berhitung cepat dengan hafalan dan jari yang bahkan disekolah tidak diajarkan.
Mulai kelas empat otakku seperti penuh dengan hafalan, selain sekolah di SD aku juga sekolah sore di madrasah diniyah, sekolah madrasah berpindah-pindah tanpa sesuatu yang jelas. pada masa itu sekolah madrasah dianggap sebagai ukuran orang islam jika mau lebih tahu tentang agama islam, dan aku coba mengikutinya beberapa tahun, karena kepala sekolahnya tetanggaku jadi mudah sekali masuk madrasah tanpa harus mendaftar ini itu, yang penting berangkat setelah waktu dzuhur. Madarasah diniyah saat itu ada dua, yang satu milik Nu dan yang satunya milik Muhammadiyah. madrasah milik Nu banyak sekali muridnya, sampai ratusan, dari kelas satu sampai kelas enam terisi semua, namun madrasah milik Muhammadiyah hanya ada tiga kelas yang terisi. karena bapak waktu itu dimusuhi oleh warga Nu karena bapak ikut partai PNI maka aku dipindahkan sekolahnya dimadrasah Muhammadiyah, katanya biar ada muridnya, kasihan kelasnya sepi. Aku turuti pindah sekolah dimadrasah Muhammadiyah, satu bulan pertama betah, karena sekolah dekat dengan sungai, jadi setiap istirahat main disungai. Suatu ketika musim kemarau datang, dan mandi dikedung adalah tempat bermain yang mengasyikan, pernah sebelum masuk kelas aku main kekali dan mandi sampai lupa waktu, sampai pelajaran habis masih mandi dikali bersama teman-teman. Disekolah madrasah ini aku dapat banyak pelajaran dongeng, dari cerita nabi sampai cerita lucu warisan nenek moyang, mengasyikan sekali. Tidak sampai setahun aku sekolah dimadrasah milik Muhammadiyah, satu persatu temanku berhenti sekolah karena malas dan telah lulus SD, mereka melanjutkan ke SMP dan pulangnya sehabis Dzuhur, maka sekolah madrasah ditinggal begitu saja tanpa permisi kepada guru atau kepala sekolah, kejadian seperti itu sudah menjadi maklum, sebab aturan tidak terlalu mengikat disekolah madrasah, hanya bagi yang mau sekolah katanya.
Karena pengaruh teman dan dengan alasan jauh akhirnya berhenti juga aku sekolah madrasah, saat aku berhenti muridnya belum juga bertambah banyak, bahkan semakin sedikit, mungkin alasan yang sama seperti temanku. Sekolah SD kelas lima aku mulai lancar dengan baca tulis namun tidak pandai dalam berhitung, tidak pernah memikirkan untuk jadi juara kelas atau apapun, sekolah ya sekolah sesuai perintah orang tua, dan tidak ada perintah untuk jadi bintang kelas, harapan kedua orang tua hanya agar aku dapat membaca dan menulis juga berhitung, kata bapak agar tidak dibodohi orang lain, syaratnya sekolah. Bermain adalah kebiasaan yang tidak mungkin dilupakan, dengan bermain beban sekolah menjadi ringan, paling sering bermain bola, dan permainan yang memiliki unsur lari, sebab lariku waktu itu lumayan cepat dibanding lainnya, jadi setiap lomba lari dengan teman sebaya selalu saja menang, dan kecepatan lariku waktu disekolah dan distopwatc, seratus meter dua belas detik, angka yang lumayan kata guru olahragaku. Liburan sekolah saat kenaikan kelas adalah sesuatu yang ditunggu oleh setiap pelajar, begitu juga olehku. Saat mau naik kekelas enam peristiwa yang kurang enak aku alami, hampir selama liburan panjang sebulan aku terkapar diranjang ditemani bantal dan kasur, menjemukan. Kebiasaan dikampung saat liburan bukanlah piknik ketempat pariwisata atau kekbun binatang seperti orang kota, namun liburan diisi dengan kegiatan membantu orang tua, disawah, ladang atau dihutan mencari kayu bakar. Bapak memiliki sepetak sawah dan kebun tandus, jadi aku tidak perlu ikut membantu ditempat itu karena tidak terlalu lebar sawahnya. Kegiatan yang bisa aku kerjakan untuk membantu orang tua adalah mencari kayu bakar, mencari ranting kering yang sudah jatuh ditanah karena angin atau sudah lapuk, kata bapak agar enteng dan bisa langsung dipakai untuk memasak.
Niatnya membantu untuk bahan bakar pawon, pagi-pagi bersama-teman-teman masuk hutan. Waktu sebelum berangkat kehutan bapak telah berpesan agar aku jangan memanjat pohon jati, cari saja kayu bakar yang sudah kering biar enteng dibawanya. Bapak sangat perhatian sekali, dia tahu aku berbadan kecil dan tidak mau aku celaka dihutan seperti anak pamanku yang jatuh dari pohon jati karena ingin mendapat kayu yang cepat dan sesuai keinginan, tangannya patah dan terkapar berminggu-minggu diranjang. Aku lupa nasehat bapak, saat dihutan kulihat teman-teman berlomba-lomba mencari kayu kering, mata kami seperti serigala lapar yang sedang mencari mangsa, anamun mangsa kami adalah kayu kering yang sudah jatuh ditanah. Karena ingin cepat mendapat kayu bakar dan cepat pulang agar cepat makan sayaur asem, mataku melihat ranting kering yang belum jatuh ketanah, perlahan-lahan aku panjat pohon jati agar temanku tidak tahu. golok aku taruh disamping supaya tidak mengganggu proses memanjat, baynganku ranting kering yang lumayan gede akan cepat kudapat, dan pastinya kalau aku membawa pulang kayu bakar yang sudah kering ibuku pasti senang. Karena perasaan senang itulah aku pelan-pelan merayap seperti seekor kera memanjat pohon, semeter aku sudah lalui, semakin dekat ranting kering, tinggal beberapa meter lagi, kuraih dahan jati untuk pegangan karena capai juga mengandalkan kaki dan tangan, saat dahan telah kuraih dan badan mulai terangkat tiba-tiba kraaak dahan tersebut patah dan aku ikut terjatuh bersama rranting kering, buk badanku jatuh tengkurap, namun saat aku mau telentang kaki kiriku susah diangkat, ternyata tuulang keringku tertusuk kayu selong kering yang lancip. kuangkat pelan-pelan, tidak ada darah yang menetes, aku anggap itu sepele, namun saat aku akan melangkah terasa berat dan ternyata aku tak sanggup berdiri, sisa tancapan pohon selong membekas ditulang keringku, lubang kecil yang menyakitkan.
Aneh tidak ada darah yang menetes tetapi terasa sakit sekali. Aku menjerit memanggil temanku, mereka menganggap aku sedang bercanda, aku panggil berulangkali dan belum ada yang mendekat juga. Akhirnya aku menangis agar mereka percaya bahwa aku sedang kesakitan, tidak berapa lama mereka berdatangan dan menanyakan aku kenapa. Aku jelaskan kejadiannya, dan mereka keheranan karena tidak ada darah tetapi kesakitan, mereka mencoba mengangkatku, kakiku terasa sudah putus, lalu mereka menggendongku, dan aku menangis sejadi-jadinya menahan sakit. Salah satau temanku mencoba memberikan perawatan dengan mengurut kakiku, namun yang terjadi kaki disekitar tulang keringku menjadi besar dan berwarna biru, ditengahnya ada lubang yang mengerikan. mereka kebingungan dan aku masih saja menangis kesakitan, semua temanku berunding mencari cara bagaimana membawaku kerumah. Akhirnya ide anak sekolahan keluar juga, mereka yang pernah ikut pramuka menyarankan agar aku ditandu, aku setuju tetapi aku meinta gar hati-hati dalam menandu sebab sakit sekali kaki saat bergerak walau sedikit gerakan. Denagan lincah salah satu temanku memanjat pohon jati dan memotong beberapa dahan, saat dahan jatuh ketanah suara peluit terdengar priiiit, semua kaget dan ketakutan, itu adalah suara peluit milik mandor penjaga hutan. Aku menangis ketakutan dan semua temanku juga ketakutan jika sampai tertangkap pasti akan masuk penjara dan dibawa polisi hutan. Pak mandor hutan kahirnya tidak menangkap kami, dia membolehkan kami membuat tandu, jadilah aku seperti jenderal Sudirman yang ditandu dalam memimpin perang gerilya, sama-sama sedang sakit, bedanya pak Dirman sebagai panglima perang sedang aku sipesakitan dari hutan karena jatuh dari pohon. Akibat kejadian itu aku menikmati liburan sekolah diranjang, dengan telaten bapak dan ibuku merawatku, aku takut sekali kakiku tidak akan sembuh dan menjadi lumpuh, tidak bisa lari dan main bola lagi, alangkah sedih hatiku saat itu, sekali dalam hidup terbaring tidak berdaya, bahkan untuk buang hajat sekalipun aku harus diranjang.
Jumat, 06 April 2012
KACAU
kacau. itulah kata yang tepat untukku saat ini, selama tahun 2012 belum jelas apa keinginan dan tujuan hidup. memandang kedepan seperti gelap, menengok kebelakang samar, samping kanan dan kiri remang-remang. entah apa yang dimaui hati, isi kepala atau apapun yang menggerakkan tubuh ini. awal tahun awalnya berjalan lancar, mulus tanpa halangan berat, namun itu tidak bertahan lama, hanya dua minggu, selanjutnya otak bekerja keras, seperti cucian baju saat diperas, sepertinya tuntas padahal belum kering.
bulan kedua ditahun 2012, tidak bertambah baik, galau sepanjang malam memikirkan yang kata orang semestinya tidak perlu dipikirkan. dalam hati berkata, tidak mungkin tidak dipikir, sebab hati selalu berkata dan otak memaksa untuk dipikir. aku tidak dapat lepas tangan dengan apa yang terlihat mata, kesedihan, kepiluan, dan ketidakberdayaan orang dihadapan mataku. selama aku mampu mengerjakan, akan aku usahakan membantu, dan satu, mulut ini tidak mampu menahan kata siap membantu.
mungkin karena ketelatenan satu masalah terselesaikan, masalah orang lain, meski masalahku tidak selesai-selesai. satu masalah beres, datang lagi masalah baru. aku menikmati apa yang datang padaku, apabila sudah berjanji amat sulit untuk tidak menepati. prinsip yang selalu aku pegang, meski kadang ada yang mengatakan tidak perlu dipikirkan, cukup jawab Insya Allah masalah beres, jika sudah terlanjur tinggal bilang maaf, urusan selesai, namun kadang itu tidak berlaku untukku.
bulan ketiga berjalan seperti lambat, dan Tuhan sangat menyayangiku. seminggu menikmati bulam Maret dengan sehat, selanjutnya ketidakberdayaan menimpaku sampai tanggal dibulan ketiga habis, bukan hanya itu, bertumpuk-tumpuk masalah menghadangku. bukan semua masalah pribadiku namun masalah orang yang kebetulan menemuiku, aku tetap bersyukur masih diberi kepercayaan, meski sebenarnya aku bukanlah ahli dalam menyelesaikan masalah. meski lambat namun terselesaikan.
entah sampai kapan hidup hanya dengan bayang-bayang. membayangkanpun tak pernah, tetapi bayang-bayang harapan itu senantiasa datang disetiap kesendirianku. aku adalah orang yang tak pernah memimpikan masa depan, bagiku hari ini adalah masa depan itu sendiri, sebab tidak satupun manusia didunia yang tahu kapan nafas berhenti berhembus, dan umur berakhir. masa depan adalah gelap dan masa lalu adalah remang, antara remang dan gelap entah dimana terang berada.
bulan kedua ditahun 2012, tidak bertambah baik, galau sepanjang malam memikirkan yang kata orang semestinya tidak perlu dipikirkan. dalam hati berkata, tidak mungkin tidak dipikir, sebab hati selalu berkata dan otak memaksa untuk dipikir. aku tidak dapat lepas tangan dengan apa yang terlihat mata, kesedihan, kepiluan, dan ketidakberdayaan orang dihadapan mataku. selama aku mampu mengerjakan, akan aku usahakan membantu, dan satu, mulut ini tidak mampu menahan kata siap membantu.
mungkin karena ketelatenan satu masalah terselesaikan, masalah orang lain, meski masalahku tidak selesai-selesai. satu masalah beres, datang lagi masalah baru. aku menikmati apa yang datang padaku, apabila sudah berjanji amat sulit untuk tidak menepati. prinsip yang selalu aku pegang, meski kadang ada yang mengatakan tidak perlu dipikirkan, cukup jawab Insya Allah masalah beres, jika sudah terlanjur tinggal bilang maaf, urusan selesai, namun kadang itu tidak berlaku untukku.
bulan ketiga berjalan seperti lambat, dan Tuhan sangat menyayangiku. seminggu menikmati bulam Maret dengan sehat, selanjutnya ketidakberdayaan menimpaku sampai tanggal dibulan ketiga habis, bukan hanya itu, bertumpuk-tumpuk masalah menghadangku. bukan semua masalah pribadiku namun masalah orang yang kebetulan menemuiku, aku tetap bersyukur masih diberi kepercayaan, meski sebenarnya aku bukanlah ahli dalam menyelesaikan masalah. meski lambat namun terselesaikan.
entah sampai kapan hidup hanya dengan bayang-bayang. membayangkanpun tak pernah, tetapi bayang-bayang harapan itu senantiasa datang disetiap kesendirianku. aku adalah orang yang tak pernah memimpikan masa depan, bagiku hari ini adalah masa depan itu sendiri, sebab tidak satupun manusia didunia yang tahu kapan nafas berhenti berhembus, dan umur berakhir. masa depan adalah gelap dan masa lalu adalah remang, antara remang dan gelap entah dimana terang berada.
Langganan:
Postingan (Atom)