Minggu, 20 Mei 2012

SHOHIBU BAYTI

Shohibu baytii..... Ya shohibu baytii Imamu hayatii..... Ya imamu hayatii Mursyidu imanii..... Anta syamsu qolbiy Qomaru fuadi..... Ya qurratu 'aini Syafi'u nashibiy..... Ya maula jihadiy Ufuqu syauqi..... Ya baabu akhirati Engkau tuan rumah didalam hatiku wahai pemimpin hidupku Penuntun imanku Engkau Cahaya mentari hatiku Rembulan jiwaku Wahai penyejuk mataku Penolong dari beban beratku wahai muara perjuanganku Cakrawala rinduku Wahai pintu keabadianku Rasulullah penjaga pintunya Kita telah menyakiti hatinya lelaki itu Kekasih yang kedalaman cintanya tak tertandingi itu Telah kita sakiti hatinya Ia bahkan tidak pernah perduli kepada dirinya sendiri Tetapi kita menyakiti hatinya Ia hidup untuk menyelamatkan kehidupan kita Tetapi kita menyakiti hatinya Ia menghabiskan siang dan malam untuk keselamatan kita Ia bersujud memohon neraka agar dijauhkan dari kita Bahkan ia mati dengan menyebut-nyebut nama kita Tetapi kita menyakiti hatinya Karena ada dia maka kita ada Tetapi karena ada kita maka dia menjadi menderita Lelaki itu bahkan lebih mulia dari surga Namun ia merendah menjadi debu hina Keagungan pribadinya tak tertandingi oleh seribu jagad raya Tetapi selalu ia menundukkan kepala sebagai hamba yang papa Ia bukan tinggal disurga Tetapi surgalah yang bergembira tinggal didalam dirinya Kebahagiaan merasa bahagia karena kebahagiaan Tinggal didalam jiwanya Tetapi tiap larut malam tiba ia mengucurkan airmata Karena bersedih melihat nasib kita Setiap malam ia menangis dalam sujudnya karena hatinya perih memandang kehidupan kita Ia dilarang masuk neraka Api neraka haram menjilatnya karena kalau sampaii api neraka itu menyentuhnya Api itu padam dan lenyap panasnya Api yang gemuruh tiba-tiba senyap Jika lelaki itu melangkahkan kaki ditepian neraka seluruh api rebah Semua kedahsyatan itu bersimpuh dihadapan wajahnya yang teduh Jibril dan semua malaikat yang lain berjalan berduyun-duyun dibelakang langkahnya,menjadi makmumnya Semua makhluk Allah dibelakang langkahnya menjadi makmumnya Ya Allah terimalah kami menyelinap diri diantara makmum-makmum itu Melompati semesta demi semesta Bertasbih kepadanya sang aza wajala Maafkan kami ya Rasul Kami telah menyakiti hatimu kami tidak mampu menjaga perasaanmu ya Rasul Amat sangat ia mencintai kita Tetapi kita membalasnya dengan dusta Dengan hidup yang main-main Dengan langkah yang main-main Dengan kepemimpinan yang main-main Dengan cara hidup yang hina dan penuh aniaya Semua orang telah dibutakan matanya Ia penghulu rahmatan lil alamin Tetapi kita main-main Akal kita dayagunakan untuk maling Negara kita Makdubbin Pemimpin kita dholim Alam menjadi demam Bumi bergetar Lempengan-lempengannya menggeliat seperti nadza Gunung panas suhunya Laut meluap airnya Api neraka tidak sabar hatinya meluap keatas bumi memanggang kita dan anak-anak kita wahai penghulu rahmatan lil 'alamin Ihdinassirotol mustaqim..... Dikutip dari buku " Spiritual journey " pemikiran dan permenungan EMHA Ainun Nadjib

SEPULUH MENIT

dalam sepuluh menit apapun bisa terjadi sepuluh menit awal sepuluh menit akhir sepuluh menit sedih sepuluh menit bahagia sepuluh menit tidak kurang sepuluh menit tidak lebih sepuluh menit datang sepuluh menit berlalu sepuluh menit kemudian sepuluh menit mengejar sepuluh menit terkejar sepuluh menit sekejap sepuluh menit lama sepuluh menit waktunya sepuluh menit lagi sepuluh menit sampaikah sepuluh menit cuma sepuluh menit karena sepuluh menit sudahlah

KAKI KAKI

dulu kau gagah perkasa gunung kau daki berlari laut kau sebrangi bernyanyi tak sejengkal tanah ini tersisa suaramu masih seperti dulu ingatanmu masih tajam suaramu ombak dilautan ingatanmu setajam penikam kekar ototmu mulai layu pandang matamu mulai kabur kini bukan lari tapi mlaku tak sehari lupa cerita kubbur jalanmu tak lagi tegap dadamu tak lagi membusung semangatmu tetap meluap hatimu setegar gunung kaki kaki tak lelah mendaki menyibak embun diremang pagi diiringi kata kata suci kaki kaki yang selalu ingat mati

KERETA API

kuda besi bau asap berjejer rapi tanpa tali gerbong bau asap bunyi mesin brisik sekali ular besi sisa penjajah mengekor melewati sawah dan lembah disudut gerbong penuh sampah ditidur jiwa mulai lelah jes gujes jes gujes beriring bunyi peluit kuda besi melaju pelan kedepan seskali gesekan besi berderit sepenggal do'a dipanjatkan langit mulai biru mentari hadirkan senyum laju kuda besi semakin memburu lagu pedagang berdentum dentum ular besi menari ditikungan kembali do'a dipanjatkan demi keselamatan sampai tujuan kini ekornya meninggalkan lebat hutan ditengah gerbong kereta api ekonomi disela sela ramai penumpang disitu terucap sebuah janji dilain waktu kita akan datang kereta api sebentar berhenti menanti laju kereta api eksekutif dan bisnis sebentar terlupakan janji tersisa duka dalam tangis kabar datang dari jauh maut datang ditengah gelap isi hati menjadi luruh gerbong kereta terasa semakin pengap sebelum sampai stasiun tujuan tak tahan hati kaki melompat berjuta rasa dalam pikiran dalam galau sepi kian rapat kereta api pergi tanpa permisi sekali menatap kedepan tak tengok belakang ditengah hari terik sendiri mengingat janji tak lagi dikenang

KORENG

saat pertama datang kau mengasyikan kugaruk pelen-pelan sampai ketiduran sekali dua kali kau masih kusuka kuraba kuusap sampai tak berdaya gatal kecil yang melenakan tanpa kusadar membekas sisa garukan ooooh mata merem melek keenakan tapi lihat darah mulai berceceran saat itu hari sudah malam sepi merayapi ranjang dan kasur dalam hening ujung jari merayap digelap malam diusap diraba kurang puas dikukur-kukur bangun tidur lalu mandi sesiwur air merayap dari atas kebawah ooooow ada perih kurasai kulit lecet mantan garukan kuku masih merah terlambat mengambil obat merah busa sabun sudah melicinkan tubuh dikamar mandi penuh keluh kesah berkali-kali kuucap kata aduh ooooh ini rupanya pulau kecil itu setelah kering membekas disebut koreng ah...malu tapi mau mengusap menggaruk didepan banyak orang koreng indah diucapkan koreng kau penuh kenangan koreng kau teman setiaku koreng kemanapun kupergi kau selalu ada koreng kutulis kisah untukmu untuk semua yang punya koreng ~ diperuntukkan bagi empunya koreng diseluruh dunia ~ # selamat menggaruk #

UJUNG JALAN

Beribu jalan telah kulalui diatas dua kaki dibawah mentari dan rembulan berjuta jalan belum kulalui diantara ingin dan enggan jalan jalan tak berujung sedikit kenang dan harap hidup tak selalu mendung beriring kata teerucap dimana ujung jalan telah lama kucari bertahun-tahun perjalanan ujung jalan belum kutemui dijalan mana hidup kan berujung ditanah siapa nafas kan terhenti kepastian yang bingung entah kapan terjadi setapak selangkah susuri jalan datar, terjal sedikit gamang melintasi tikungan kiri kanan sesekali kaki mengambang ujung jalan yang kucari menanti setiap waktu kami telah berjanji untuk kembali bertemu belum juga aku temukan kutanya lagi kepada langit oooh terjalnya jalan sebelah kanan ceracau burung-burung pipit mata sipit kaki kembali melangkah menyusuri rimba daratan berganti jawaban berjuta gundah ujung jalan penuh rintangan hidup kian pelan nyanyian syahdu jarang terdengar mungkin jawaban hanya ada ditanah gundukan sehingga manusia malas mendaftar kupandang laut ditepi ombak kutanyakan dimana ujung jalan angin laut berteriak menjawab dengan deburan airmata tak guna juga senyuman silahkan tertawa sedih waktu tetap berjalan sampai kaki tak lagi merasa letih kugali tanya diatas gundukan tanah baru harum mawar menjawab bimbang ada banyak jawaban disekitarku aku tak pernah menang, aku bimbang keraguan untuk menjawab kekakuan untuk mengucap kelelahan terjerembab tak sepatah katapun terucap ujung jalanku kian dekat kupandangi langit dan bumi harum tanah sunyi pekat aku masih terbelenggu janji yang tak pasti disini aku menunggu disana tak pernah menanti tiada lagi tari dan lagu, hanya bisu tiada lagi caci maki dan ingkar janji, semua sendiri-sendiri

JUM'AT

Kau bilang ini hari mulia tapi kau santai santai saja Kau suruh aku untuk siap siaga tapi kau belum terjaga Jum'at diujung pagi Rumput hijau sudah mandi Jum'at yang mulai mati Dirundung sepi tak bertepi Diatas dipan bambu diujung jalan manusia dan hewan berlalu lalang mengutuk hari terus berjalan siapkan bambu dan parang Jum'at diterik siang tak juga kaki beranjak ramai sibuk tak kepalang Jum'at tak lagi sepi, diujung gang anjing menyalak satu persatu berjajar rapi pakaian kumal tak beralas kaki berharap Jum'at tak pernah sepi kemana lagi mengais rejeki kau katakan Jum'at itu singkat padahal waktu tak pernah telat kau resah saat datang waktu shalat dengan geram kau katakan Jum'at keparat Jum'at tetap Jum'at berjuta kisah ada dihari Jum'at Hari mulia dihari Jum'at Berkumpul bersama para malaikat