Minggu, 07 November 2010

CAH AYU

Pagi hari seperti mengerti rasa yang sedang di rasa, matahari bersinar cerah, bunga-bunga menyembul kuncupnya berebut mekar, wanginya menggoda jiwa tuk menciumnya sepanjang hari. senyumnya masih terbayang tepat di depan mata, setetes air belum menyentuh wajah ini namun kesejukkan senyumnya telah masuk ke dalam hati ini. Rasa ingin secepatnya berjumpa dan bercengkerama dengan si ikal mayang membara didada, seperti bara yang tertiup angin dan menyalal-nyala.

Senja datang saat kembali mata indahnya beradu pandang denganku, desir darah seakan berhenti mengalir saat senyum manisnya datang. Tidak ini tidak mungkin jika gadis ini tidak istimewa, tidak.... tidak ingin melepasnya, tidak akan kulepas meski lautan menghadang, api berkobar memburu, walau memanjat gunung merapi, meski hujan badai akan kuterjang demi mendapatkan dirinya, bukan hanya senyumnya.

malam merangkak naik, lampu jalan mulai menyala menerangi jalanan sepi tanpa penghuni. Aku rela menjadi lampu untuk dirinya meski sepi menerjang malam tanpa rembulan dan bintang bersinar, biarkan aku menerangi jalan untuknya, memeluknya dalam gelap agar terang dan jalannya tetap terang untuknya, katakan saja itu wahai gadis ikal mayang.

dalam sunyi malam wajahnya senantiasa hadir menyapa lembut menjelang tidurku. Senyum manisnya menghantar tidur malamku setiap hari, membawanya ke alam mimpi menuju nirwana, jalan berdua menikmati segala keindahan yang ada. jiwa kami bersatu dalam hangatnya kemesraan asmara dalam dunia yang tak pernah terbayangkan, menggoda tuk ingin selalu bersamanya, memeluk dan menemani tidur dalam kehangatan penuh cinta. Cinta telah membawanya mendekat, memeluk erat dalam dekapan malam yang kian pekat, sinar matanya menerangi jiwa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar