Kamis, 05 Agustus 2010

PUISI, SAJAK, SANJAK, DAN SYAIR

Dalam perbendaharaan kata Bahasa Indonesia kita mengenal istilah dalam Sastra antara lain, Sajak, sanjak, Puisi, dan Syair. Kata-kata yang terangkai menjadi larik-larik dan bait berirama yang penuh citraan atau kiasan. Dalam Bahasa Inggris yang memiliki latar tradisi Sastra begitu panjang dan luas, menamakannya Poem, Poery, dan Verse. Sajak, sanjak, puisi, dan syair mempunyai banyak ragam dan bentuk, gurindam, haiku, pantun, sjak, pantun, sajak bebas, sestina, talibun, villanelle, dan lain sebagainya. Apabila dikumpulkan ada ratusan bahkan jutaan bentuk, Sajak, Puisi yang pernah ada sejak manusia mulai berbahasa dan bernyanyi dengan kata-kata sampai sekarang. Dalam penggunaan sehari-hari, kata Sajak, dan Puisi sering di pertukarkan dengan sinonim, namun kadang-kadang dipakai untuk menunjuk dua ikhwal yang sedikit berlainan. Kata Sajak, tak jarang menunjuk pada wujud formal yang tampak pada sebuah komposisi verbal yang berirama, termasuk didalamnya rima, panjang-pendek larik, dan pembagian bait. Karena itu, Frase " pola persajakan " mengacu pada penyusunan unsur-unsur tersebut dalam sebuah karya. Sedangkan Puisi, bisa mengarah pada watak sugestif bahasa yang di gunakan atau kekuatan dan kepadatan imajinasi yang terkandung dalam suatu karya tulis, entah karya tersebut mengandung pola persajakan atau tidak. Bahkan kawasan Puisi ini lebih luas dari Sastra, kadang kita melihat film atau lukisan disebut Puitis, atau dikatakan sebuah Puisi, bukan karena ada kata-kata bersajak, melainkan karena kekuatan visualnya.

Kata Syair diambil dari khazanah sastra Melayu, awalnya merujuk pada suatu bentuk Puisi terikat, namun dalam pemakaian secara umum lebih banyak berlaku sebagai padanan lirik lagu. Dari kata dasar inilah telah membentuk kata Penyair dan kepenyairan. Pertanyaannya, kenapa bukan Pesyair atau Kepesyairan ? Sementara dalam bahasa Arab khasanah istilah itu, kata Syair sebetulnya merujuk kepada orang yang menulis Sajak, sedangkan Sajak adalah Syi'ir.

Kata Sanjak, yang bersinonim dengan Sajak, kini terasa kuno, arkais. Sudah sedikit orang menggunakannya dalam tulisan atau ujaran sehari-hari. Pada tahun 1954 Armijn Pane pernah menulis buku berjudul Sandjak-sandjak Muda Mr. Muhammad Yamin, begitu juga Ramadhan KH dengan Priangan Si Djelita: Kumpulan Sandjak. Penggunaan kata Puisi, Sajak, Sanjak, atau Syair adalah tergantung selera penulisnya, karena tidak ada yang salah, semuanya benar dan ada masa sejarahnya. Satu yang terpenting adalah melestarikan sebuah karya dan terus berkarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar