skip to main |
skip to sidebar
DESAKU Bagian 3
Setiap
mahluk hidup pasti akan merasakan mati, kalimat itu datangnya dari
Tuhan. Desa Kutamendala warganya hampir seratus persen menganut agama
Islam, dan menurut hukum Islam orang yang mati harus dikubur, kecuali
matinya dilautan atau kebakaran lain cerita. Desa yang luas wilayahnya
ini mempunyai TPU ( Tempat Pemakaman Umum ), sering disebut Kuburan atau
Makam. Kuburan yang luas adalah Makam Gede, terletak di sebelah timur
Komplek Kutalembang dan Balong Sari, dimakam itu ada kuburan Almarhum
KH. Abu Seri dan para sesepuh Desa terdahulu, di sebelah utara tepatnya
di Komplek Kutamendala ada Makam Keramat, letaknya dibawah Gunung
Anjing, dimakam inilah sebenarnya para pendiri Desa Kutamendala
dikebumikan, sebab Makam Keramat adalah makam tertua Desa Kutamendala,
meski sampai sekarang belum jelas silsilahnya siapa saja yang dimakamkan
disana, dan sejak jaman Kerajaan apa Makam Keramat ada, tentu disana
ada situs yang mesti digali kebenarannya, sebab dari namanya saja penuh
tanda tanya, begitu juga dengan nama Kutamendala, pada jaman Kerajaan
Hindu dan Budha Mandala artinya tempat para pendeta, atau tempat
belajar, menuntut ilmu, yang setelah Agama Islam berkembang berubah nama
menjadi Pesantren, dan diujung Komplek Kutamendala masih tetap
dinamakan Pesantren, sekarang sudah dibangun lagi Pesantren yang diasuh
oleh Ustad Khaeron Syatibi, di Komplek Pesantren menurut cerita ada
sumber mata air yang disebut sumur kanoman, airnya dapat untuk obat dan
jika meminumnya sang peminum menjadi awet muda, atau wajahnya terlihat
muda, sekarang sumur itu kurang perawatan.
Selain Makam Gede
dan Keramat ada Makam Gunung Pandan, disebelah barat Komplek Pandan
Sari, sebelum masuk Makam ada sumur yang dinamakan Sumur Belimbing,
orang tua jaman dulu tentu tidak akan asal memberi nama suatu tempat,
seperti halnya dengan Sumur Belimbing. Sekarang pohon Belimbingnya sudah
tidak ada, tetapi sumurnya masih ada, bahkan saat musim kemarau airnya
tidak kering, padahal sumur Belimbing tidaklah dalam, menurut cerita air
sumurnya bisa buat obat Kelayu, atau obat untuk penyakit tertentu.
Nasib sumur Belimbing hampir sama dengan sumur banyu Kanoman, tidak
terawat. Sebelah barat Komplek Pekandangan ada Makam Candi Garit,
letaknya dibibir jurang Kali Pedes, sampai sekarang kata Garit belum
ketemu makna yang tepat untuk warga Kutamendala, karena kata ini sudah
jarang diucapkan, kecuali untuk menyebut nama Makam tersebut. Sebelum
memasuki Komplek Gardu ada sebuah Makam lagi, meski sekarang luasnya
berkurang karena terkena gusuran untuk pelebaran jalan. Selain
Makam-makam tersebut masih ada banyak makam yang tersebar di wilayah
Kelurahan Kutamendala, salah satunya adalah di Karang Sawah Utara,
tepatnya dibawah pohon Kecacil, ada makamnya salah satu pendiri Karang
Sawah yaitu, Kaki ASMA NGALIGARENG, namun sekarang sudah rata dengan
tanah dan dijadikan rumah serta pos ronda.
Komplek Dukuh Satir
yang berbatasan dengan Desa Makam Dawa, memiliki Makam Keramat yang
disebut Pesanggrahan, dan setiap tahun dikunjungi warga Karang Sawah
setelah tujuh hari lebaran, kegiatan tersebut dinamakan NYADRAN. Menurut
cerita Makam tersebut adalah tempat singgah Syekh Maulana Malik
Maghribi saat berdakwah menyebarkan agama Islam dipulau Jawa, Kelurahan
Kutamendala atau Kabupaten Brebes adalah daerah perbatasan antara Jawa
Barat dan Jawa Tengah, tidak menutup kemungkinan cerita itu benar, meski
sampai sekarang belum ada penelitian ilmiah tentang situs makam
tersebut. Sebenarnya banyak kisah-kisah tentang makam-makam yang ada di
Kelurahan Kutamendala namun masih simpang siur, ada cerita tentang Makam
Mbah Bolang, yang sampai sekarang ada daerah persawahan yang disebut
Candi Bolang, Mbok Sijem dideket hutan alas Jati Lor, dan di Karetan
yang ada sumber air panasnya, berbatasan dengan Kelurahan Prupuk. Sampai
sekarang pihak Desa belum memberikan perhatian khusus tentang makam.
Keberadaan makam yang setiap tahun bertambah penghuninya tidak semakin
luas, bahkan bisa dikatakan semakin sempit, semakin banyak warga yang
mengkijing atau mendirikan bangunan pada kuburan semakin sempit lahan
untuk mengubur mayat, jika ini terus terjadi maka dikemudian hari akan
ada perselisihan saat mau mengubur mayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar