Senin, 10 Juni 2013

DESAKU Bagian 4

Kelurahan kutamendala, penduduknya sudah sepuluh ribu jiwa, sepuluh atau dua puluh tahun lagi entah jadi berapa jiwa. Kutamendala sebagai wilayah dengan penganut Agama Islam sembilan puluh sembilan persen, tentu kegiatan keagamaannya tidak pernah sepi, dalam seminggu tidak ada hari gabug untuk acara pengajian, dari majelis Ta'lim orang tua sampai anak-anak. Kegiatan pengajian hampir sama dengan yang ada di Pesantren, pagi, siang, sore, dan malam hari ada, lebih semarak lagi saat malam Jum'at, hampir disetiap rumah terdengar alunan ayat suci Alqur'an. Surat yang paling digemari adalah Surat Yasin, dari anak balita sampai tua renta hafal dengan Surat yang satu ini, jangankan yang sekolah, bahkan nenek-kakek yang buta hurufpun hafal dengan surat ini. Bisa karena biasa, mungkin itulah peribahasanya, karena setiap hari TOA Mushalla berbunyi dan ada acara pengajian, pasti Surat Yasin tidak ketinggalan, tidak harus datang ketempatnya, suara TOA terdengar sampai rumah, sambil leyeh-leyeh mendengarkan orang mengaji, lama-kelamaan karena sering mendengar akhirnya mudah mengikuti dan hafal. Jumlah Masjid di Kelurahan Kutamendala bukan cuma satu, diantaranya adalah di Komplek Pekandangan, Kutamendala, Balong sari, Alfalah, Pandan sari, Purwosari, Dukuh satir, bahkan di Gardu sekarang ada dua masjid, satu lagi di Kengbeng atau Wadas Gumantung, sepuluh masjid dalam satu Kelurahan. Satu-satunya tempat ibadah lain adalah Gereja di Kengbeng atau Wadas Gumantung, meskipun ada dua agama dalam satu kelurahan tetap damai dan rukun.


Belum ada data yang lengkap sejak kapan Agama Islam masuk Kutamendala, dan apakah dahulu kala sebelum Islam masuk sudah ada Agama lain, sampai sekarang tidak ada penjelasan yang ilmiah. Kejayaan islam di Kutamendala sudah ada sejak jaman penjajahan Belandan, ada cerita suatu ketika rumah KH.Abu Seri diatangi Belanda, saat itu mereka sedang kehausan, dan ingin sekali minum air kelapa muda, sang Kiai dengan senyum ramah menyambut pasukan Belanda tersebut, hanya dengan sekejap mata tiba-tiba pohon kelapa yang tinggi melengkung, pak Kiyai mempersilahkan tamunya memetik kelapa muda sepuasnya, itulah salah satu kisah tentang Karomah Kiai ABu Seri, salah satu Ulama kebanggaan Desa Kutamendala. Banyak Tokoh penyiar Agama Islam selain beliau, ada Kiai Abu Kasan, H.Abdul Wahid, KH.Mustofa, H.Nurudin dan masih banyak lagi. Sebelum tahun dua ribuan, Ulama, ustad di Kelurahan Kutamendala hampir ada disetiap Komplek, bahkan jumlahnya setiap komplek lebih dari satu orang, seiring waktu mereka mendahului kita menghadap Ilahi. Sekarang keadaan berubah, orang tua lebih senang menyekolahkan anaknya disekolah umum daripada pesantren, yang katanya cuma belajar Ilmu Agama saja, karena sebab itulah jumlah Ustad di Kutamendala semakin berkurang, bahkan untuk saat ini tidak ada Kiai lagi, Pesantren yang diasuh Ustad Khaeron satibi belum maksimal santrinya, bahkan banyak orang tua enggan menyerahkan pendidikan anaknya di pesantren yang ada di Komplek Kutamendala tersebut, bukan hanya itu, sekarang untuk anak-anak kekurangan guru ngaji, hampir ditiap Komplek.

Pendidikan seseorang memang tidak dapat dipaksa, hampir sembilan puluh persen ditentukan oleh orang tua. Pendidikan Agama sekarang dianggap hanya pelengkap penderita, alasannya tidak ikut UN atau Ujian Nasional, biar nilai Pelajaran Agamanya sembilan tidak menentukan seorang anak lulus, kalau nilai pelajaran UN nya cuma dapat tiga, ironis memang. Pada tahun delapan puluhan orang tua tidak bingung mencarikan anaknya guru ngaji, karena hampir di setiap Mushalla ada Taman pendidikan Al-qur'an, dan yang paling menyenangkan hati orang tua selama mengaji itu tidak dipungut bayaran alias gratis, hanya pada saat khataman Al-qur'an saja orang tua menyerahkan Ayam Jago kepada Ustad anaknya, itupun sebenarnya untuk lauk dalam besek atau berkat, diperuntukkan bagi tamu yang menghadiri acara Khataman Al-qur'an, dan setiap acara tersebut selalu saja meriah, naik panggung dan membacakan Surat-surat pendek dalam Al-qur'an secara bergiliran sampai pada Surat terakhir yaitu An-nas. Jumlaha Masjid dan Mushalla bertambah, bangunan masji dan Mushala semakin kokoh, indah, bahkan terkesan mewah sekarang ini, hampir tidak ada Mushalla apa lagi masjid yang lantainya cuma plesteran, rata-rata sudah diubin atau keramik yang mengkilap. Mengkilapnya lantai Mushalla dan mesjid ternyata tidak menambah mengkilapnya yang beribadah, bahkan saat bulan Ramadhan datang Mushalla dan Masjid selalu dipercantik, namun sayang saat sepuluh terakhir ramadhan, jamaah shalat mulai sedikit, Tadarus Al-qur'an mulai sepi, semakin sunyi, semakin ramai pembicaraan soal baju, dan makanan lebaran sambil mencari rejeki dipinggir jalan, saat orang kota mudik, tak peduli siang hari.

Sesuatu yang besar tidak selamanya besar, Majapahit yang dahulu gagah perkasa sampai keluar negeri, kini lenyap tak tersisa. Orang-orang hebat tidak selalu ada dalam satu wilayah yang sama, begitu juga dengan Kutamendala, dahulu kala orang-orang yang berilmu Agama Islam banyak, berlimpah ruah pengetahuannya, dari Ilmu Fikih, tauhid, tasawuf dan lain sebagainya, kini perlahan mulai redup auranya, mungkin Tuhan sedang menguji, atau memang kurangnya perhatian terhadap Ilmu Agama sekarang ini, sebab aturan pemerintah yang menomorduakan pelajaran agama sehingga orang tua mulai enggan memperbanyak anaknya ilmu agama, atau memang ilmu agama hanya sekedar pelengkap penderita saja untuk jaman sekarang. Agama apapun mengajarkan tentang kebaikan, kebenaran, bahkan keindahan, agar manusia senantiasa ingat kepada sang Pencipta, pesan Nabi " carilah ilmu dari seorang anak baru lahir, sampai menjelang wafatnya " ilmu itu ilmu umum atau ilmu Agama anda punya kesimpulan sendiri, menurut keyakinan masing-masing, ingatlah selalu kata Bung Karno " JAS MERAH " Jangan sekali-kali melupakan Sejarah. Sesuai namanya yaitu Kutamendala, bahwa mandala dalam bahasa jawa artinya tempat Ilmu pengetahuan, maka sudah seharusnya sebagai warga Kutamendala harus selalu mencari ilmu dan, menjadi pusat ilmu pengetahuan untuk siapa saja.

1 komentar:

  1. Saya bercita-cita ingin kembali ke kampung halaman suatu hari nanti dan semoga Allah menghendaki sy dan keturunan sy mendirikan pesantren demi melanjutkan dakwah rasulullah.aamiiin

    BalasHapus