Kelurahan kutamendala, penduduknya sudah sepuluh ribu jiwa,
sepuluh atau dua puluh tahun lagi entah jadi berapa jiwa. Kutamendala
sebagai wilayah dengan penganut Agama Islam sembilan puluh sembilan
persen, tentu kegiatan keagamaannya tidak pernah sepi, dalam seminggu
tidak ada hari gabug untuk acara pengajian, dari majelis Ta'lim orang
tua sampai anak-anak. Kegiatan pengajian hampir sama dengan yang ada di
Pesantren, pagi, siang, sore, dan malam hari ada, lebih semarak lagi
saat malam Jum'at, hampir disetiap rumah terdengar alunan ayat suci
Alqur'an. Surat yang paling digemari adalah Surat Yasin, dari anak
balita sampai tua renta hafal dengan Surat yang satu ini, jangankan yang
sekolah, bahkan nenek-kakek yang buta hurufpun hafal dengan surat ini.
Bisa karena biasa, mungkin itulah peribahasanya, karena setiap hari TOA
Mushalla berbunyi dan ada acara pengajian, pasti Surat Yasin tidak
ketinggalan, tidak harus datang ketempatnya, suara TOA terdengar sampai
rumah, sambil leyeh-leyeh mendengarkan orang mengaji, lama-kelamaan
karena sering mendengar akhirnya mudah mengikuti dan hafal. Jumlah
Masjid di Kelurahan Kutamendala bukan cuma satu, diantaranya adalah di
Komplek Pekandangan, Kutamendala, Balong sari, Alfalah, Pandan sari,
Purwosari, Dukuh satir, bahkan di Gardu sekarang ada dua masjid, satu
lagi di Kengbeng atau Wadas Gumantung, sepuluh masjid dalam satu
Kelurahan. Satu-satunya tempat ibadah lain adalah Gereja di Kengbeng
atau Wadas Gumantung, meskipun ada dua agama dalam satu kelurahan tetap
damai dan rukun.
Belum ada data yang lengkap sejak kapan
Agama Islam masuk Kutamendala, dan apakah dahulu kala sebelum Islam
masuk sudah ada Agama lain, sampai sekarang tidak ada penjelasan yang
ilmiah. Kejayaan islam di Kutamendala sudah ada sejak jaman penjajahan
Belandan, ada cerita suatu ketika rumah KH.Abu Seri diatangi Belanda,
saat itu mereka sedang kehausan, dan ingin sekali minum air kelapa muda,
sang Kiai dengan senyum ramah menyambut pasukan Belanda tersebut, hanya
dengan sekejap mata tiba-tiba pohon kelapa yang tinggi melengkung, pak
Kiyai mempersilahkan tamunya memetik kelapa muda sepuasnya, itulah salah
satu kisah tentang Karomah Kiai ABu Seri, salah satu Ulama kebanggaan
Desa Kutamendala. Banyak Tokoh penyiar Agama Islam selain beliau, ada
Kiai Abu Kasan, H.Abdul Wahid, KH.Mustofa, H.Nurudin dan masih banyak
lagi. Sebelum tahun dua ribuan, Ulama, ustad di Kelurahan Kutamendala
hampir ada disetiap Komplek, bahkan jumlahnya setiap komplek lebih dari
satu orang, seiring waktu mereka mendahului kita menghadap Ilahi.
Sekarang keadaan berubah, orang tua lebih senang menyekolahkan anaknya
disekolah umum daripada pesantren, yang katanya cuma belajar Ilmu Agama
saja, karena sebab itulah jumlah Ustad di Kutamendala semakin berkurang,
bahkan untuk saat ini tidak ada Kiai lagi, Pesantren yang diasuh Ustad
Khaeron satibi belum maksimal santrinya, bahkan banyak orang tua enggan
menyerahkan pendidikan anaknya di pesantren yang ada di Komplek
Kutamendala tersebut, bukan hanya itu, sekarang untuk anak-anak
kekurangan guru ngaji, hampir ditiap Komplek.
Pendidikan
seseorang memang tidak dapat dipaksa, hampir sembilan puluh persen
ditentukan oleh orang tua. Pendidikan Agama sekarang dianggap hanya
pelengkap penderita, alasannya tidak ikut UN atau Ujian Nasional, biar
nilai Pelajaran Agamanya sembilan tidak menentukan seorang anak lulus,
kalau nilai pelajaran UN nya cuma dapat tiga, ironis memang. Pada tahun
delapan puluhan orang tua tidak bingung mencarikan anaknya guru ngaji,
karena hampir di setiap Mushalla ada Taman pendidikan Al-qur'an, dan
yang paling menyenangkan hati orang tua selama mengaji itu tidak
dipungut bayaran alias gratis, hanya pada saat khataman Al-qur'an saja
orang tua menyerahkan Ayam Jago kepada Ustad anaknya, itupun sebenarnya
untuk lauk dalam besek atau berkat, diperuntukkan bagi tamu yang
menghadiri acara Khataman Al-qur'an, dan setiap acara tersebut selalu
saja meriah, naik panggung dan membacakan Surat-surat pendek dalam
Al-qur'an secara bergiliran sampai pada Surat terakhir yaitu An-nas.
Jumlaha Masjid dan Mushalla bertambah, bangunan masji dan Mushala
semakin kokoh, indah, bahkan terkesan mewah sekarang ini, hampir tidak
ada Mushalla apa lagi masjid yang lantainya cuma plesteran, rata-rata
sudah diubin atau keramik yang mengkilap. Mengkilapnya lantai Mushalla
dan mesjid ternyata tidak menambah mengkilapnya yang beribadah, bahkan
saat bulan Ramadhan datang Mushalla dan Masjid selalu dipercantik, namun
sayang saat sepuluh terakhir ramadhan, jamaah shalat mulai sedikit,
Tadarus Al-qur'an mulai sepi, semakin sunyi, semakin ramai pembicaraan
soal baju, dan makanan lebaran sambil mencari rejeki dipinggir jalan,
saat orang kota mudik, tak peduli siang hari.
Sesuatu yang besar
tidak selamanya besar, Majapahit yang dahulu gagah perkasa sampai keluar
negeri, kini lenyap tak tersisa. Orang-orang hebat tidak selalu ada
dalam satu wilayah yang sama, begitu juga dengan Kutamendala, dahulu
kala orang-orang yang berilmu Agama Islam banyak, berlimpah ruah
pengetahuannya, dari Ilmu Fikih, tauhid, tasawuf dan lain sebagainya,
kini perlahan mulai redup auranya, mungkin Tuhan sedang menguji, atau
memang kurangnya perhatian terhadap Ilmu Agama sekarang ini, sebab
aturan pemerintah yang menomorduakan pelajaran agama sehingga orang tua
mulai enggan memperbanyak anaknya ilmu agama, atau memang ilmu agama
hanya sekedar pelengkap penderita saja untuk jaman sekarang. Agama
apapun mengajarkan tentang kebaikan, kebenaran, bahkan keindahan, agar
manusia senantiasa ingat kepada sang Pencipta, pesan Nabi " carilah ilmu
dari seorang anak baru lahir, sampai menjelang wafatnya " ilmu itu ilmu
umum atau ilmu Agama anda punya kesimpulan sendiri, menurut keyakinan
masing-masing, ingatlah selalu kata Bung Karno " JAS MERAH " Jangan
sekali-kali melupakan Sejarah. Sesuai namanya yaitu Kutamendala, bahwa
mandala dalam bahasa jawa artinya tempat Ilmu pengetahuan, maka sudah
seharusnya sebagai warga Kutamendala harus selalu mencari ilmu dan,
menjadi pusat ilmu pengetahuan untuk siapa saja.
Senin, 10 Juni 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Saya bercita-cita ingin kembali ke kampung halaman suatu hari nanti dan semoga Allah menghendaki sy dan keturunan sy mendirikan pesantren demi melanjutkan dakwah rasulullah.aamiiin
BalasHapus