Minggu, 16 Juni 2013

DESAKU Bagian 6

Cangkem adalah salah satu alat vital manusia, selain berfungsi untuk mengunyah atau makan, cangkem juga untuk berbicara bagi yang dapat bicara, maaf karena tidak semua orang dapatr bicara. Ada pepatah " MULUTMU HARIMAUMU " Yang sedikit saya artikan adalah dari ucapan dapat menimbulkan bahaya untuk orang yang mengucaokan. Cangkem memang satu, dialamnya ada gigi, gusi dan lidah, lidahlah alat perasa dan yang untuk berbicara, ada satu lagi pepatah " LIDAH TAK BERTULANG " sindiran halus untu pepatah diatas, memang itu bukan pepatah yang panjang tetapi maknanya dapat menjadi panjang, dan siapapun berhak mengartikan sendiri apa makna kata-kata tersebut.

Mengucapkan memang sangatlah mudah saat mulut kita sedang tidak sakit, tidak semua ucapan seseorang dapat dituliskan, karena memang menulis sedikit susah meskipun sejak SD sudah bisa menulis, berkomunikasi paling awal juga dengan mulut, seorang Ibu berkomunikasi denag bayinya, walaupun bayinya belum mampu bicara apalagi mengerti apa yang diucapkannya, namun sejak kecil si bayi sudah sering mendengar ibunya bicara lewat mulut bukan lewat tulisan. Berbicara tentu dengan kata-kata, semua kata yang terlontar dari cangkem biasanya sudah diucapkan oleh orang sebelum kita, atau oleh orang lain, kita sebenranya hanya melanjutkan kata-kata dari orang yang lebih tua dari kita, atau ada yang menyebutnya nenek moyang, meski kata bapak moyang jarang digunakan, padahal kalau ada nenek mestinya ada kakek.

Tidak semua kata yang terucap dari cangkem kita mengerti artinya, kata yang sering kita ucapkanpun kadang sebenarnya kita tidak tahu asalnya darimana dan siapa yang pertama kali mengucapkannya, jadi kata-kata adalah sebuah warisan, dia senantiasa bertambah jumlahnya seiring waktu, walaupaun mungkin sebenarnya tidak bertambah, namun karena adanya kata asing yang masuk maka kata bertambah untuk daerah tertentu, khususnya Indonesia, dan sampai sekarang belum ada kamus Bahasa Indonesia yang lengkap yang memuat semua bahasa yang ada di Indonesia. Sebuah kata tidak semua artinya sama, disetiap daerah dengan daerah lainnya arti sebuah kata akan berbeda, misal kata loro dalam bahasa jawa, arti yang pertama adalah jumlah angka dua, namun ada yang mengartikannya sakit, ada ribuan bahkan jutaan kata yang sama dengan arti berbeda.

Tentang kata yang menjadi kalimat, kadang setiap orangpun persepsinya berbeda, palagi di Kelurahan Kutamendala yang lebih sering menggunakan kata-kata yang tidak jelas artinya, tapi sering diucapkan, kata yang artinya susah biasanya adalah kata ulang misal, PELANG-PELENG, PLONGA-PLONGO, ITAS-ITUS, NYENG-NYANG-NYENG-NYENG, BRAK-BRUK, PECOTAT PECOTOT, dan masih banyak lagi yang lainnya, silahkan anda mengartikan kata-kata tersebut, cari dikamus apapun tidak akan menemukannya, karena saya sudah mencobanya. Kata tersebut entah berasal darimana dan siapa yang mengawalinya, jadi benar kata salah satu Penyair Indonesia yang biasa akrab disebut PRESIDEN PENYAIR INDONESIA " SUTARDJI CALZOUM BACHRI " bahwa kadang kata tanpa makna, dan dia selalu berusaha membebaskan kata dari makna, jika ada yang pernah membaca buku puisi  O AMUK KAPAK pasti akan menemukan kata-kata yang susah diartikan.

Teman-teman semua, jadi mari kita telusuri dulu apa arti kata-kata yang biasa diucapkan, bermakna atau tidak, supaya tidak terjadi salah faham bagi yang mendengarnya. Jangan langsung mengartikan kata tersebut atas kehendak otak sendiri, karena saya yakin anda belum menciptakan kata-kata, tafsir dari kepala setiap orang berbeda-beda, seperti halnya hobi atau kesenangan yang berbeda, intinya adalah kita senantiasa belajar dan belajar, jangan katakan karena tidak sekolah tinggi, karena mungkin orang yang menemukan kata dahulu tidak pernah sekolah, karena memang jaman dahulu belum ada SD, SMP< SMK< STM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar