Senin, 27 Januari 2014

DESAKU BAGIAN 11

Ingatan saya tertuju pada tahun 80 an, saat pertama kali dikenalkan pensil dan kertas oleh Bapak dan Emak saya. Sekola katanya, jangan seperti Bapak dan Emak yang tidak bisa membaca dan menulis. Kata-kata itulah yang masih saya ingat sampai saat ini, sebenarnya tidak mengerti juga untuk apa sekola, hanya saja teman-teman masuk sekola jadi ikut sekola ( saya tulis sekola karena kebiasaan orang tua kita sampai sekarang mengucapkan kata sekolah tidak pakai huruf k ). awal tahun 80 an lah dimulainya anak-anak Desa kutamendala bersekolah. Waktu itu belum ada MTs dan SMK seperti sekarang ini, SD Inpres dulu namanya sekarang sudah menjadi SD Kutamendala Negeri yang 6 jumlahnya, ditambah MIM atau Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah dan Madrasah Ibtidaiyah, juga ada Madrasah Diniyah untuk sore hari, biasa disebut sekola Arab, mungkin karena lebih banyak mempelajari ilmu Agama Islam yang banyak menggunakan huruf Arab atau Hijaiyah.

Dunia pendidikan dikutamendala memang sudah berlangsung sejak dahulu kala sejak bernama SR atau sekolah Rakyat, itu dapat dilihat dari banyaknya orang tua kita yang sudah bisa baca tulis. Memang tidak seperti sekarang ini geliat dunia pendidikan, jaman sekarang untuk ikut sekolah sangatlah mudah, berlaku bagi siapa saja, dulu hanya orang kaya yang sekolah. Kalau kita mendengar cerita orang tua, sekolah jaman dulu berbeda dari degi pakaian dan alat untuk menulisnya, namun sekarang alat tulis dan kertas sangat mudah didapat diwarung deket rumah. Era tahun 80 an mengawali masa kebangkitan dunia pendidikan di Kutamendala, sudah tidak ada lagi menulis pake alat yang susah atau jatah dari pemerintah, tetapi sudah menggunakan kertas, pensil dan pulpen. Masyarakat mulai sadar pentingnya sekolah, selain untuk kepandaian baca tulis hasil dari sekolah juga dapat untuk mencari kerja ( ijazah ). Sejak itulah mulai banyak anak-anak sekolah SMP bahkan SMA, untuk perguruan tinggi masih dapat dihitung dengan jari.

Awal tahun 80 an listrik belum masuk desa, namun akhir 90 an PLN masuk Desa, memudahkan anak-anak untuk belajar dimalam hari karena sudah tidak repot lagi memompa petromaks. Tahun 80 an para guru sekolah INPRES atau Negeri saat ini masih menggunakan guru impor dari luar Kutamendala, saat ini sudah banyak guru dari Kutamendala yang berstatus PNS meskipun belum banyak. Sengan adanya kesadaran dari Masyarakat mengenai pendidikan semestinya Desa kita lebih maju diberbagai bidang, karena dengan dasar yang kuat dari hasil sekolah akan menjadikan Sumber Daya Manusia yang mumpuni dalam bidang apapun, sebab semuanya awalnya dipelajari disekolah. Pemerintahan Desa sudah semestinya mendukung dan membantu dunia pendidikan, dari Sekolahan, guru, dan para muridnya, mengajak kerjasama dengan dunia pendidikan untuk memajukan Desa, selama ini belum maksimal dalam masalah ini. Pemerintah Desa hanya tahu jumlah sekolah, anak yang sekolah, dan pengajar lewat sensus tidak atas dasar survey sendirim sehingga kurang memahami apa kebutuhan mereka.

Mudah-mudahan Pemerintah yang baru ini mampu mengubah dunia pendidikan Kutamendala kearah yang lebih cerah, banyak anak cerdas yang harus putus sekolah karena biaya, meski sekarang ada bantuan dari Pemerintah pusat, cerita putus sekolah karena biaya tetap ada. Masalah kemiskinan memang maslah yang pelik, tidak hanya dikutamendala, bahkan sampai urusan Nasional, namun jika kita mau berusaha dan bekerjasama saya yakin akan ada jalan keluar untuk masalah ini, sebab hampir 80 persen masyarakat Kutamendala punya penghasilan, dan hampie 90 persen rumah yang ada dikutamendala memakai tembok, jadi itu sedikit gambaran bahwa masyarakat Kutamendala tidak miskin-miskin amat. Insya Alloh dengan diniatkan ibadah maslah anak putus sekolah akan teratasi, atau akan lebih bijaksana jika Pemerintah Desa Kutamendala mencanangkan program 12 tahun wajib belajar alias sampai lulus SMA, agar ijazahnya bisa untuk mencari kerja jika merantau.

Sudah 23 tahun geliat dunia pendidikan berkembang, kalau usia manusia, jika perempuan sudah cukup umur untuk berkeluarga, jika laki-laki 2 tahun lagi, menurut aturan Pemerintah lho. Saya punya keyakinan yang kuat mengenai pendidikan, suatu saat salah satu putra Kutamendala akan jadi buah bibir yang baik di Indonesia, kalo kata orang tua " JADI ORANG " . Jangan putus asa kuncinya, jika kita punya keinginan demi kemajuan Desa mari kita bergandeng tangan, satukan tujuan untuk kebaikan, maka hasilnya pasti baik. Kepada semua, baik yang yang membaca ini atau dapat informasi ini mhon kiranya untuk disebarluaskan kepada teman, keluarga untuk bersama memikirkan dan memulainya, waktu terus bergerak dia tidak berhenti sampai ajal datang, generasi muda adalah harapan satu-satunya, JIKA BUKAN KITA SIAPA LAGI ! Mari kita singsingkan lengan baju untuk mengangkat harkat dan martabat dunia pendidikan, KUTAMENDALA berarti adalah kota dunia pendidikan. Kuta itu kota, Mandala itu tempat mencari ilmu, atau pondokan, tempatnya guru dan murid, tempat menempa, menerima pengetahuan, dan tempatnya orang-orang bijaksana. Mari kita berusaha selalu menjadi GURU DAN MURID, juga orang tua angkat untuk saudara-saudara kita yang kurang beruntung, agar dikemudian hari desa kita jadi anutan desa lain dalam dunia pendidikan dan kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar