Selasa, 03 Mei 2016

janji

Lelah tubuh ini
Merebah dalam sunyi
Hening malam
Tanpa lembut belaimu

Sendiri merengkuh mimpi
Sepi buatku menanti
Entah siapa dimana
Bayang wajahnya menggoda

Resah menepi diri
Diruang nirwana kelabu
Dapatkah kugenggam
Segala asa dalam rasa

Dibuai janji sendiri
Diterpa harap embun pagi
Biarlah sinar mentari
Mengeringkan duka diri

Sunyiku dimalam tanpa mimpi
Derap langkah tak lagi berlari
Satu janji menghampiri
Setia sampai mati

Senin, 27 Januari 2014

RISAU DAMAI

kulihat damai dipelupuk mata sejuk seorang bocah dtengah hujan
sejuta kata tak terucap sebab tak perlu kata untuk duka
dingin hari tak peduli malam mulai beranjak
setangkai mawar timbul tenggelam digoda air

bukan banjir tanpa sebab air datang
arus deras menerjang tembok
ruang hilang air melaju cepat
bukan banjir tapi memang itu jalur air

sepasang mata sesungging senyum derai airmata
setulus hati mengharap ini tak berlanjut
segores luka tertimpa cuka setiap tahun
hanya senyum penuh gundah menjawab sudah

risau hati dalam genangan tak pasti
damai jiwa masih membara meski kenapa
biarlah risau dalam damai dekapan dingin
sampai selembar selimut hangat kering sendiri

DESAKU BAGIAN 11

Ingatan saya tertuju pada tahun 80 an, saat pertama kali dikenalkan pensil dan kertas oleh Bapak dan Emak saya. Sekola katanya, jangan seperti Bapak dan Emak yang tidak bisa membaca dan menulis. Kata-kata itulah yang masih saya ingat sampai saat ini, sebenarnya tidak mengerti juga untuk apa sekola, hanya saja teman-teman masuk sekola jadi ikut sekola ( saya tulis sekola karena kebiasaan orang tua kita sampai sekarang mengucapkan kata sekolah tidak pakai huruf k ). awal tahun 80 an lah dimulainya anak-anak Desa kutamendala bersekolah. Waktu itu belum ada MTs dan SMK seperti sekarang ini, SD Inpres dulu namanya sekarang sudah menjadi SD Kutamendala Negeri yang 6 jumlahnya, ditambah MIM atau Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah dan Madrasah Ibtidaiyah, juga ada Madrasah Diniyah untuk sore hari, biasa disebut sekola Arab, mungkin karena lebih banyak mempelajari ilmu Agama Islam yang banyak menggunakan huruf Arab atau Hijaiyah.

Dunia pendidikan dikutamendala memang sudah berlangsung sejak dahulu kala sejak bernama SR atau sekolah Rakyat, itu dapat dilihat dari banyaknya orang tua kita yang sudah bisa baca tulis. Memang tidak seperti sekarang ini geliat dunia pendidikan, jaman sekarang untuk ikut sekolah sangatlah mudah, berlaku bagi siapa saja, dulu hanya orang kaya yang sekolah. Kalau kita mendengar cerita orang tua, sekolah jaman dulu berbeda dari degi pakaian dan alat untuk menulisnya, namun sekarang alat tulis dan kertas sangat mudah didapat diwarung deket rumah. Era tahun 80 an mengawali masa kebangkitan dunia pendidikan di Kutamendala, sudah tidak ada lagi menulis pake alat yang susah atau jatah dari pemerintah, tetapi sudah menggunakan kertas, pensil dan pulpen. Masyarakat mulai sadar pentingnya sekolah, selain untuk kepandaian baca tulis hasil dari sekolah juga dapat untuk mencari kerja ( ijazah ). Sejak itulah mulai banyak anak-anak sekolah SMP bahkan SMA, untuk perguruan tinggi masih dapat dihitung dengan jari.

Awal tahun 80 an listrik belum masuk desa, namun akhir 90 an PLN masuk Desa, memudahkan anak-anak untuk belajar dimalam hari karena sudah tidak repot lagi memompa petromaks. Tahun 80 an para guru sekolah INPRES atau Negeri saat ini masih menggunakan guru impor dari luar Kutamendala, saat ini sudah banyak guru dari Kutamendala yang berstatus PNS meskipun belum banyak. Sengan adanya kesadaran dari Masyarakat mengenai pendidikan semestinya Desa kita lebih maju diberbagai bidang, karena dengan dasar yang kuat dari hasil sekolah akan menjadikan Sumber Daya Manusia yang mumpuni dalam bidang apapun, sebab semuanya awalnya dipelajari disekolah. Pemerintahan Desa sudah semestinya mendukung dan membantu dunia pendidikan, dari Sekolahan, guru, dan para muridnya, mengajak kerjasama dengan dunia pendidikan untuk memajukan Desa, selama ini belum maksimal dalam masalah ini. Pemerintah Desa hanya tahu jumlah sekolah, anak yang sekolah, dan pengajar lewat sensus tidak atas dasar survey sendirim sehingga kurang memahami apa kebutuhan mereka.

Mudah-mudahan Pemerintah yang baru ini mampu mengubah dunia pendidikan Kutamendala kearah yang lebih cerah, banyak anak cerdas yang harus putus sekolah karena biaya, meski sekarang ada bantuan dari Pemerintah pusat, cerita putus sekolah karena biaya tetap ada. Masalah kemiskinan memang maslah yang pelik, tidak hanya dikutamendala, bahkan sampai urusan Nasional, namun jika kita mau berusaha dan bekerjasama saya yakin akan ada jalan keluar untuk masalah ini, sebab hampir 80 persen masyarakat Kutamendala punya penghasilan, dan hampie 90 persen rumah yang ada dikutamendala memakai tembok, jadi itu sedikit gambaran bahwa masyarakat Kutamendala tidak miskin-miskin amat. Insya Alloh dengan diniatkan ibadah maslah anak putus sekolah akan teratasi, atau akan lebih bijaksana jika Pemerintah Desa Kutamendala mencanangkan program 12 tahun wajib belajar alias sampai lulus SMA, agar ijazahnya bisa untuk mencari kerja jika merantau.

Sudah 23 tahun geliat dunia pendidikan berkembang, kalau usia manusia, jika perempuan sudah cukup umur untuk berkeluarga, jika laki-laki 2 tahun lagi, menurut aturan Pemerintah lho. Saya punya keyakinan yang kuat mengenai pendidikan, suatu saat salah satu putra Kutamendala akan jadi buah bibir yang baik di Indonesia, kalo kata orang tua " JADI ORANG " . Jangan putus asa kuncinya, jika kita punya keinginan demi kemajuan Desa mari kita bergandeng tangan, satukan tujuan untuk kebaikan, maka hasilnya pasti baik. Kepada semua, baik yang yang membaca ini atau dapat informasi ini mhon kiranya untuk disebarluaskan kepada teman, keluarga untuk bersama memikirkan dan memulainya, waktu terus bergerak dia tidak berhenti sampai ajal datang, generasi muda adalah harapan satu-satunya, JIKA BUKAN KITA SIAPA LAGI ! Mari kita singsingkan lengan baju untuk mengangkat harkat dan martabat dunia pendidikan, KUTAMENDALA berarti adalah kota dunia pendidikan. Kuta itu kota, Mandala itu tempat mencari ilmu, atau pondokan, tempatnya guru dan murid, tempat menempa, menerima pengetahuan, dan tempatnya orang-orang bijaksana. Mari kita berusaha selalu menjadi GURU DAN MURID, juga orang tua angkat untuk saudara-saudara kita yang kurang beruntung, agar dikemudian hari desa kita jadi anutan desa lain dalam dunia pendidikan dan kebaikan.

DESAKU BAGIAN 10

Harapan.... mungkin inilah yang ada pada sebagian atau seperempat warga Kelurahan Kutamendala kepada Kades barunya. Harapan yang tidak terlalu muluk sebenarnya, sebagai orang kampung harapannya hanya sebuah kenyamanan, namun kenyamanan bukan hanya mengenai sandang pangan dan papan, tetapi hatipun nyaman. Tidak akan mudah untuk merubah sesuatu yang besar, sebab kebesaran itu hanya milik Tuhan. Memang tidak semua orang mengenal sosok Bapak Johar, khususnya anak kelahiran tahun 90 an, meski bagi sebagian kecil anak muda mengenalnya, dan dari pengamatan saya mereka menjadi kenal karena banyak foto dan gambar terpasang diberbagai tempat, ada pepatah tak kenal maka tak sayang, mudah-mudahan setelah kenal kita jadi sayang dan harapan yang terpendam kembali menguap, bukan seperti embun yang datang pagi lalu lenyap saat matahari bersinar.

Belum ada perubahan yang menghebohkan, mungkin karena baru dan bahkan belum dilantik resmi jadi Kades. Berdo'a tidaklah salah, dan sebaiknya kita berdo'a yang baik agar menjadi baik akhirnya, usahakan tidak berdo'a jelek karena akan berakibat fatal. Tidak ada sejarahnya seorang manusia mampu merubah peradaban tanpa bantuan orang lain, maaf kalau saya katakan peradaban karena memang kita harus jadi orang yang beradab bukan biadab. Seperti alam Demokrasi, apapun bisa jadi apapun, siapapun bisa menjabat apapun di Indonesia, coba kita lihat para menteri yang sekarang menemani Pak Presiden, tidak semua menempati posisinya seperti apa yang telah mereka pelajari dibangku kuliah, dan disini masih sah-sah saja asal Pak Presiden yang memilih, dan mungkin karena jasa atau teman, bahkan keluarga, ah lupakan saja yang itu terlalu jauh, kita kembali kedesa tercinta saja, bagaimana agar kedepan lebih bergairah dibidang ekonomi, pendidikan dan kenyamanan dalam menjalani hidup didalamnya.

Terus terang sampai saat ini saya yang lahir tahun 70 an saja belum tahu sejak kapan Desa karangsawah atau Kelurahan Kutamendala mulai ada Kepala Desa, dan sudah berapa orang Kepala Desa yang telah memimpinnya, siapa saja, sebab dikantor Kepala Desa atau Balai desa tidak ada Foto atau nama-nama yang dipajang ditembok tentang mereka. Mungkin ini yang menurut saya salah satu PR buat Bapak Johar untuk merealisasikannya, agar kita yang muda-muda tidak melupakan sejarah, dan dapat mengingat-ingat kiprah beliau yang telah dengan kerjakerasnya memping Kutamendala dari masa kemasa. Kelihatannya memang hal sepele, namun kalau kita ingat kata BUNG KARNO yaitu  " JAS MERAH " jangan sekali-kali melupakan sejarah, hal itu menurut saya penting, tujuannya untuk pembelajaran bagi generasi muda Kutamendala.

Sebagai warga yang peduli tentang desa kita mesti peduli akan kemajuannya, bukan hanya mengkritik dan menyalahkan tanpa memberi solusi dan ikut andil demi kemajuan dan kesejahteraan bersama. Harus diingat juga bahwa untuk memajukan ekonomi menjadi hal utama, sebab jika terus-terusan kita mengandalkan Jakarta atau Kota yang ada di Indonesia dalam mencari nafkah, lama-kelamaan kita melupakan potensi yang ada didesa, kalau dikaji lebih dalam warga Kutamendala memiliki potensi yang luar biasa untuk merubah atau memperbaiki ekonomi, kita memiliki pasar sebagai wadah untuk transaksi jual beli, dan dekat dengan jalan provinsi yang memudahkan untuk transportasi, mungkin sekarang bukan puluhan lagi orang yang bisa nyupir dikelurahan Kutamendala, jadi tidak ada alaasan untuk tidak dapat merubah perbaikan ekonomi.

Dalam hal pendidikan kelurahan Kutamendala sudah ada banyak lulusan perguaruan tinggi Negeri maupun swasta, sumber Daya Manusia sangat mumpuni untuk menggerakan perekonomian, sarjana Ekonomi sudah puluhan jumlahnya, hampir 90 persen bahkan lebih anak kelahiran tahun 2000 an pernah mengecap dunia pendidikan, bahkan sekarang anak akan malu jika tidak sekolah. Memang perubahan tidaklah seperti musim hujan yang datang enam bulan lalu ganti musim kemarau, namun jika kita punya keyakinan dan didiringi kerja keras demi kemajuan desa pasti akan berubah lebih baik, hanya selangkah lagi desa kita menuju memiliki perguruan tinggi, sebab SMK sudah punya, jika sudah merasa nyaman dengan ekonomi masing-masing keluarga kedepannya akan mudah untuk melakukan perubahan yang baik, jangan kecil hati kalau kita mau maju.

Harapan yang ada dikepala kita coba sampaikan, diskusikan, lalu dilaksanakan, pelan tapi pasti perubahan akan bergerak dengan sendirinya. Jangan katakan apa yang Desa telah berikan kepada kita, tapi cobalah selalu bertanya kepada diri sendiri, apa yang telah kita berikan untuk Desa. Semoga dengan adanya Kepala Desa baru, harapan jadi kenyataan, dan apa yang kita impikan jadi kenyataan. Kuncinya satu, MULAILAH DARI DIRI KITA SENDIRI.

DESAKU BAGIAN 9

Pemimpin pentingkah itu ? . Ada yang jawab penting ada yang jawab tidak penting, namun itupun jawaban karena suatu kepentingan. Pemilihan Kepala Desa Kutamendala telah berakhir, dan Bapak Johar sebagai pemenang dalam kontes tersebut, Pemerintahan Desa Tahun 2014 dengan Pemimpin baru, akankah ada perubahan atau akan sama seperti yang telah lalu, jawabannya hanya waktu yang tahu. Dari 4 calon satu yang menang, menurut aturan Demokrasi Indonesia, walaupun jumlah DPT dengan jumlah yang mengikuti Pilkades tidak 100 persen, tapi itulah Demokrasi yang belum jelas model apa, judulnya setiap kompetisi ada juaranya.

Setiap Calon menewarkan janji-janji manis untuk perubahan dan kemajuan, meskipun semuanya belum teruji. Saya sendiri tidak tahu perubahan apa yang akan dikerjakan, sebab mereka hanya beretorika saja tanpa ada kesepakatan tertulis dengan masyarakat. Dari tingkat Negara sampai Desa diharuskan ada Pemimpin itu menurut aturan Demokrasi, dengan cara yang sangat mudah yaitu pencoblosan, penghitungan dan yang banyak itulah yang menang. Padahal setiap manusia adalah pemimpin untuk dirinya sendiri, pemimin dialam Demokrasi jaman sekarang dengan cara memohon restu dan minta dukungan kepada keluarga, dan sanak saudara juga teman, tetangga serta kolega, jadi rancu sebenarnya, jadi pemimpin kok minta.

Dalam Islam seorang pemimpin tidak meminta apalagi sampai memberikan sesuatu supaya orang lain mendukungnya, dalam menjalankan sholat bersama diwajibkan ada pemimpin yang biasa disebut Imam, seorang Imam yang baik tidak harus dengan cara Demokrasi apalagi pencoblosan, tetapi makmum atau para Jamaah yang menyepakati untuk menjadi Imam, tetapi itu tidak akan terjadi dalam alam Demokrasi Indonesia. Untuk menjadi pemimpin sekarang lebih banyak keluar biaya dan tenaga, juga dengn gambar yang dipajang dimana saja, bahkan sampai di WC umum terpampang gambarnya, itulah yang terjadi sekarang.

Pemimpin jaman sekarang lebih banyak karena kepentingan tertentu daripada untukkepentingan masyarakat, bahkan ada yang didorong agar dirinya dianggap penting dan orang penting. pemimpin yang baik adalah yang tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi demi kepentingan orang banyak, pemimpin yang baik adalah yang memahami hak dan kewajibannya, bukan yang tahu hak dan melupakan kewajibannya. Memang sulit untuk mendapatkan pemimpin yang baik, namun mudah-mudahan dengan sadar diri para pemimpin memahami arti bahwa seorang pemimpin adalah seorang pelayan masyarakat, bukan menyuruh atas kehendaknya sendiri. semoga ada perubahan meskipun sedikit dikemudian hari. Dan selalu ingat bahwa kita semua akan ditanyai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kita diakhirat nanti.

DESAKU BAGIAN 8

Berbicara tentang Nasionalisme dan Patriotisme sampai kapanpun tidak akan pernah selesai, sampai habis sebuah Desa, atau Negara. Setiap tanggal 17 Agustus di Negara kita Indonesia selalu mengadakan kegiatan memperingati Hari Kemerdekaan yang diProklamirkan oleh Presiden pertama kita Ir.Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, dengan mengatasnamakan Rakyat Indonesia. Dari Istana Negara di Ibukota sampai dipedesaan, baik yang didaratan maupun dilautan, kegiatan tahunan ini selalu meriah dengan diisi berbagai jenis kegiatan, upacara dan perlombaan, tujuannya satu agar setiap warga, tua muda senantiasa menjadi seorang yang Nasionalis dan Patriotis. Kemeriahan Hari Ulang Tahun negara ditahun 2013 ini tetap meriah dan kebetulan berbarengan dengan bulan Syawal, yaitu Hari Raya Idul Fitri, meskipun tanggal 17 setelah seminggu Lebaran, suasana ini menambah kemeriahan HUT RI, aroma awal kemerdekaan sangat kental terasa, karena 68 tahun silam saat pembacaan Proklamasi juga pada saat bulan Ramadhan.

Kelurahan Kutamendala setiap tahun memperingati HUT RI, lokasinya dilapangan Perhutani, pagi hari diisi dengan upacara Detik-detik Proklamasi yaitu upacara resmi layaknya diistana Negara, Kepala Desa membacakan Teks Proklamasi, diikuti seluruh peserta upacara, terdiri dari Pelajar, perangkat Desa, warga Masyarakat dan Veteran, bersatu padu dengan khidmat mengikuti Upacara Bendera memperingati HUT RI. Lapangan Perhutani saat itu sudah tidak mampu lagi menampung peserta Upacara, seandainya seluruh siswa dari semua Sekolah yang ada di Kelurahan Kutamendala datang semua tentu lapangan tersebut tidak akan menampung, antusias Masyarakat masih tinggi untuk ikut berpartisipasi dalam acara tersebut, Perangkat Desa dan Pemuda bersatu padu demi terlaksananya Upacara Detik-detik Proklamasi.

Budaya HUT RI sejak dulu adalah budaya Kompetisi, sebelum dan sesudah Upacara diadakan berbagai macam Lomba, baik yang Tradisional dan Modern, ada Lomba Gerak jalan, Karnaval, Sepakbola, Panjat Pinang dan lain-lain, kemeriahan HUT RI seakan belum lengkap tanpa ada acara Lomba. Dari Tingkat Komplek sampai Kelurahan mengadakan acara tersebut, dengan harapan kita selalu bersikap Sportif dalam hal apapun, sebab Kemerdekaan tidak diraih dengan mudah, para Pahlawan berjuang gigih, mengorbankan, tenaga, harta, bahkan nyawa, demi sebuah KEMERDEKAAN, mereka adalah PATIOT sejati tanpa pamrih, mereka bukan berlomba meraih kemenangan, tetapi demi sebuah harapan agar dikemudian hari anak cucunya tidak terjajah, dan sejahtera. Perlombaan pada acara Agustusan semestinya didasari oleh rasa Patriotis dan Nasionalis, bukan hanya meraih kemenangan demi Pribadi atau komplek, kemenangan pada acara lomba hanyalah sebuah BONUS, dari sedikit perjuangan, dan tantangan yang telah ditentukan Panitia.

Tahun ini Kelurahan Kutamendala masih tetap meriah dalam merayakan HUT RI ke 68, acara inti berjalan lancar dan tertib, bahkan tidak ada seorangpun yang pingsan saat Upacara, itu adalah suatu prestasi, sebab salah satu peserta Upacaranya adalah anak-anak TK, sungguh itu sebuah rasa Nasionalis dan Patriotis yang patut ditanamkan sejak kecil, dan dipertahankan. Memang ada sedikit kekecewaan dan insiden, pada tahun-tahun yang silam jenis lomba lebih dari sepuluh, dan peserta lombanya dari masing-masing komplek sangat antusias, pada tahun ini rasa antusiasnya sedikit berkurang, mungkin salah satu faktornya karena hampir bersamaan dengan Hari Lebaran Idul Fitri, sehingga hampir setiap orang, tua muda sibuk dengan acara dan kegiatan sendiri.

Satu kata Hikmah yang indah mesti kita amalkan, " HARI INI MESTI LEBIH BAIK DARI KEMARIN " adalah suatu sentilan yang mengajarkan kita semua agar senantiasa memperbaiki diri dalam hal apapun, salah satunya adalah dengan menerapkan kejujuran dalam ucapan dan tindakan, sebab manusia dinilai dari keduanya. Kritik dan saran memang diperlukan dalam setiap kegiatan, tujuannya untuk EVALUASI apa yang belum baik, dan bagaimana kedepan supaya lebih baik, Pengkritik yang baik adalah yang siap menambal yang bolong, mengecat yang sudah kusam, dan siap bertindak demi kepentingan orang lain. Bersatu padu, dalam berfikir dan bekerja demi sebuah cita-cita kemajuan Desa agar selalu dijaga, berusaha selalu mengkritik dan mengkoreksi ucapan dan tindakan diri sendiri lebih baik daripada menyalahkan dan membuat orang lain tidak nyaman, kembali mengingat satu Kata Hikmah lagi " SEMUT DISEBERANG LAUTAN TAMPAK KELIHATAN, SEDANG GAJAH DIDEPAN MATA TIDAK KELIHATAN " artinya lebih baik menyalahkan diri sendiri daripada menyalahkan orang lain, Nabi Menganjurkan agar kita selalu MEMULAI DARI DIRI SENDIRI, sebelum orang lain, dalam kebaikan tentunya. Berfikir Positif dan Bekerja sportif modal utama menuju kesuksesan. MERDEKA !

Rabu, 24 Juli 2013

NGAJI

Kebiasaan di bulan Ramadhan kegiatan ngaji atau tadarusan ada dimana-mana, dirumah, Mushalla, Masjid, bahkan dikantor-kantor menggema ayat-ayat suci Al-Qur'an. Betapa indahnya jika suara-suara indah itu melantun setiap hari, setiap bulan, bukan hanya dibulan Ramadhan. Seperti diriku yang masih juga terlena akan aturan hati yang Ngaji hanya kadang-kadang, dulu satu tahun bisa khatam minimal sekali, tapi sekarang sudah hampir setahun belum juga sampai surat An-Nas, menyedihkan. Semoga saja kawan-kawan tidak sepertiku, rajin mengaji setiap hari, mengkaji isi dan makna ayat-ayat suci Al-Qur'an, percayalah kalian akan menemukan keindahan dan keajaiban setelah memahami dan mengamalkannya didalam hidup sehari-hari.

Terlena, mungkin itu satu kata yang sedikit mendekati tepat, bagi orang yang hanya mendekatkan diri kepada Tuhan saat bulan Ramadhan saja, terjebak mungkin berikutnya, orang yang mengira didalam bulan Ramadhan kebaikannya dilipat gandakan lebih daripada bulan biasa. Memang ada imbalan bagi setiap kebaikan, minimal satu kebaikan dibalas 10 kebaikan bahkan sampai 700 kali kebaikan. Tetapi kebaikan yang seperti apa dulu kawan, kebaikan dalam Islam ada berbagai macam jenis, kebaikan untuk diri sendiri, orang lain dan lain sebagainya, kebaikan yang baik adalah kebaikan yang tanpa kita sadari kita telah melakukan kebaikan.

Sedih memang jika memikirkan diri ini, semakin hari bukannya semakin tebal keimanan kita, tetapi dirasa-rasa kok semakin kendur, mirip karet gelang yang jika sering dipakai lama-lama kendur, sampai akhirnya putus, semoga kita tidak seperti karet gelang imannya. Memang Iman itu bisa naik dan turun, itu manusiawi, siapapun itu akan mengalaminya, sifat dasar manusia memang serakah, sebab ada yang mengatakan kalau manusia itu adalah hewan yang berfikir, kata salah satu filusuf yang sudah almarhum memang.  Tidak usah mencari tahu keimanan orang lain, koreksi diri saja, kapan terakhir kali kita membuat sakit hati orang lain, atau kapan kita menganggap lebih baik, lebih hebat dari orang lain, itu sudah cukup untuk menakarnya.

Harus kita akui kita jarang ngaji, apalagi mengkaji, dari situlah awal kita menaik turunkan kadar keimanan kita, kenapa karena Al-Qur'an adalah pedoman hidup manusia Muslim, selalu bertanya dalam hati sudah muslimkah kita, sudah mukminkah kita, bukan mulut yang bicara tetapi semua organ tubuh kita harus muslim dan mukmin, memang susah, tetapi jika dikerjakan akan mudah. Gelombang keimanan bagai arus air dilautan, kadang lembut dan kadang dahsyat, hati kitalah yang mampu mengendalikan, bukan orang lain. Dengan mengaji kita sudah mengamalkan satu ayat Al-Qur'an IQRO yang artinya bacalah, semoga mulai hari ini kita rajin mengaji, lalu mengkaji dan selanjutnya mengamalkan, urusan Surga dan Neraka seratus persen urusan manusia.