Kamis, 16 Juni 2011

KUTAMENDALAKU SAYANG KUTAMENDALAKU MALANG

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM... menuju rumah, malam masih hitam, cahaya bulan tertutup awan hitam, mendung dari siang belum juga hilang dilangit. laju mobil pelan-pelan melindas aspal hitam yang makin berdebu, didepan lampu merah berhenti, pos polantas sudah tidak ada polisinya, tukang becak tertidur pulas menggantikan jaga polantas. hampir dimana-mana saat malam polisi meninggalkan pos jaganya, mugkin kerja polisi hanya siang hari sampai sore saja, kebetulan jalan sepi, banyak kendaraan menyerobot dari kiri dan kanan, klakson dibunyikan seperti memarahi mobil yang aku tumpangi, karena berhenti di lampu merah padahal jalanan sepi, dalam hati ingin marah, tapi buat apa, biarkan malam tetap hening.



Angin malam masuk kedalam lubang-lubang bawah mobil, tanpa AC mobil terasa dingin oleh angin malam udara kampung. setelah beberapa jam perjalanan terlewati, perbatasan Tegal dan Brebes tampak tulisannya, seperti portal yang besar bergambar poci tanah, satu Km lagi sampai rumah. Baru beberpa bulan tidak pulang jalan raya sudah hancur, lubang-lubang besar sepanjang jalan raya ada dimana-mana. Miring kanan, miring kiri seperti naik ombak banyu di pasar malam, dalam hati bergumam, nasib jalan perbatasan Kabupaten ! memasuki kampung sendiri dikagetkan ada cegatan, separuh jalan ditutup, ada beberapa orang yang aku kenal mendekati kaca sopir dan menyodorkan kaleng biskuit berisi uang logaman, terasa aneh, ada apa ini ? aku melongok kesamping dan kukatakan " wong dewek " perlahan kaleng biskuit menyingkir.



Kabar jalan ambles di perbatasan Desa benar, anehnya kenapa banyak orang rela malam-malam begadang dipinggir jalan, sedang dia bukan sedang ronda, atau tukang ojek. Pagi hari aku main di pertelon, dan disitu dengan jelas kejadian semalam sama.Ttidak seperti biasanya pertelon diparkiri, tidak ada tukang parkir permanen di jalan raya, kecuali calo. sampai siang melihat laju kendaraan yang kebingungan sopirnya, sebab disuruh kekiri memutar melewati jalan kampung yang tidak halus, sebab aspalnya sedikit. Bis besar jurusan Jakarta hanya beberapa yang lewat, jalan yang amblaes telah menghambat laju setiap kendaraan, hanya supir yang nekat yang berani melewatinya. Itupun bayar kepada petugas, resmi ataupun yang tidak resmi.



Jalan raya adalah alat vital, lancar dan tidaknya laju kendaraan karena jalannya. Akibat ambles yang sudah lebih dari sebulan, kemacetan siang dan malam ada, ongkos kendaraan umum menjadi mahal, tukang parkir jalanan tumbuh subur. kabupaten Brebes, adalah salah satu yang sedang dirundung malang, Bapaknya sedang dalam proses penahanan di Jakarta oleh KPK, karena kasus korupsi. sebauah keluarga apabila, kepala keluarganya tidak mengurusi keluarganya, keamanan, kenyamanannya, maka perlahan akan berantakan. Bupati sebagai kepala Daerah, saat ini sedang dalam tahanan Cipinang, meninggalkan keluarganya di Brebes, mungkin wajar jika anak-anaknya atau warganya mulai tidak teratur, sebab yang mengatur lagi ditegur Embahnya.



Jalan kampung mulai hancur, lubangnya semakin banyak dan ada dimana-mana, jalan utama belum juga diperbaiki, sekarang jalanan kampung hancur. Kendaraan yang semestinya lewat jalan utama kini menggunakan jalan kampung, jika diteruskan untuk jalan alternatif dengan kondisi jalan sempit dan berlubang, maka suatu saat kecelakaan dan kemacetan akan menimpa jalanan kampung. Tiga bulan lagi arus mudik akan datang, tidak perlu dibayangkan apa yang kan terjadi, jika jalan utama belum beroperasi. jalanan padat, bahkan macet sepanjang jalan, sampai mau jalan kakipun susah. siapa yang akan terkena dampaknya ? tentu kampung kita dan sekitarnya, pemerintah Daerah mesti secepatnya bertindak untuk antisipasi arus mudik, dan memperbaiki jalan, baik jalan utama dan jalan kampung yang hancur.



Sampai kapan semua ini berlangsung, tidak ada yang tahu jawabannya, baik DPU atau Pemda belum dapat memastikan. Sampai kapan teman-teman kita menjadi tukang parkir, yang bukannya memperlancar laju kendaraan, tetapi menghambat kelancaran, karena tujuannya mencari duit dari setiap mobil yang lewat. Sejak dahulu kampung kita bukanlah kampung pengemis, aku masih ingat waktu kecil, setiap ada pengemis yang masuk kampung kita mereka kita beri beras atau makanan, sampai mereka menginap berhari-hari karena terlindungi. Kampung kita adalah penampung pengemis bukan kampung pengemis yang mencari duit di pinggir jalan, dengan alasan untuk Desa dan perbaikan jalan, tetapi sampai saat ini jalanan masih rusak. Mari kita membantu dengan ikhlas.



Kawan... tidak ada niatanku untuk menjelek-jelekkan kalian semua. Aku sadar kita semua butuh duit, kita bukan orang kaya, tetapi meski miskin, kita jangan memiskinkan diri, masih banyak cara lain yang halal dan baik mendapatkan duit. Mari tunjukkan kepada mereka yang lewat, bahwa kita peduli, kita sayang, kita cinta kedamaian, ketertiban, kampung kita nyaman dan aman.Kita lahir disini, kita besar disini, kita jaga dan pelihara kampung kita dengan karya dan dengan keikhlasan. Jika bisa lancar kenapa harus dihambat, jika membantu kenapa memanfaatkan. Aku rasa sesepuh kita tidak pernah mengajarkan keburukan. Aku berdo'a semoga kita semua nanti masuk surga, dimaafkan kesalahannya. bersama membangun Desa Kutamendala. Barakallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar