Sabtu, 08 Januari 2011

CATATAN PANJANG DARI HIDUP YANG PENDEK XIII

Siang tidak pernah menipu, tetapi terkadang mata manusia yang tertipu, seperti melihat air diatas aspal saat panas siang. Kebenaran kembali diragukan saat melihat sendok didalam air jernih, tampak bengkok, tetapi saat air di kosongkan sendok tidaklah bengkok. Lalu kebenaran macam apa yang diinginkan oleh manusia, benar dan salah ditentukan oleh akal bukan hatinya, fenomena kebenaran akan terus berlanjut selama manusia menapak di bumi. Hukum banyak yang diragukan, diperbincangkan setiap saat, dan lebih miris hukum diperebutkan hanya untuk menentukan salah dan benar menurut nalar manusia yang katanya beradab.



Peradaban berjalan seiring matahari di kelilingi planet, dan kadang kita tertipu oleh mata bahwa matahari hilang dimalam hari tertelan malam, alangkah besarnya bumi menurut mata manusia, namun tidaklah benar bahwa matahari lebih kecil dari bumi, itu kebenaran menurut ilmuwan. Dalam suatu persidangan kebenaran ditentukan oleh benda kecil yang tak mampu bicara yaitu palu ditangan hakim, benar dan salah ditentukan hanya dalam hitungan detik, tok tok tok, cukup tiga ketukan maka kebenaran dan kesalahan ditentukan, itu kebenaran menurut hukum demokrasi.



Bentuk negara macam apapun tidak akan mampu merumuskan kebenaran sejati. Kebenaran akan meloncat-loncat dari waktu ke waktu dari mulut ke mulut seperti peraturan offside dalam sepakbola, wasit adalah hakim dilapangan yang memiliki dua mata dan dibantu hakim garis dua menjadi enam mata, itupun tidak selamanya keputusan wasit dianggap benar meski katanya telah mengikuti prosedur yang berlaku, banyak kejadian penentu hasil pertandingan yang di ributkan bahkan menjadi dendam suatu kesebelasan sampai anak cucu, itulah kebenaran dilapangan.



Dalam pekerjaan kita tidak dapat mengartikan kebenaran itu seperti apa, seorang kuli bangunan dibayar hanya cukup untuk makan sehari, padahal dia mengeluarkan hampir seluruh energinya agar dapat menghasilkan adukan yang pulen untuk mlester, tapi saat gajian uangnya habis untuk membayar hutang diwarung makan, sedangkan orang yang hanya duduk-duduk melihat-lihat dan corat-coret di kertas diruangan yang sejuk karena AC penghasilannya sama dengan kerja sebulan sang kuli, kalau dijumlah keringat yang keluar tentu keringat kuli yang mestinya mendapat hasil yang berlimpah, tapi dengan alasan bahwa untuk membuat perhitungan dibutuhkan sekolah dengan biaya mahal maka hasilnya harus besar, itulah kebenaran menurut keringat.



Kebenaran dalam bernegarapun tidak selamanya benar, dalam merebut kemerdekaan jutaan nyawa hilang, karena peperangan, penikmat kemerdekaan menumpuk-numpuk kekayaan dari hasil keringat para pejuang yang tanpa pamrih membela tanah air, mereka ikhlas berjuang demi orang lain yaitu kita yang sekarang menikmatinya, terkadang kita melupakan jasa-jasa mereka, dan yang dikenang hanya mereka yang tertulis dibuku sejarah. Ada yang mengatakan karena para Jenderal negara ini merdeka, sebab dia tahu strategi perang, ada yang mengatakan karena senjata dan lain-lain, itu kebenaran kata perang, meski lupa siapa yang telah ikut perang.



Malam datang menutup siang dengan hitam mengelabuai mata, hitam malam mengaburkan pandangan manusia, tanpa penerang jalan yang biasa dilaluipun dianggap salah sebab tak terlihat, ketakutan menyusup sekujur tubuh akan sesuatu yang menakutkan meski sesungguhnya itu hanya perasaan yang tidak jelas darimana asalnya. Malam datang menggantikan siang, bukan karena lelah matahari bersinar bukan pula sebab bumi tertekan, tetapi malam dan siang harus bergantian utuk mahluk hidup . Kebenaran malam dan kemuraman malam ditentukan oleh kebenaran hati seseorang, istirahatlah untuk menenangkan segalanya, meski malam menyajikan sesuatu yang istimewa jika kita mampu memahami arti malam sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar