Selasa, 11 Januari 2011

CATATAN PANJANG DARI HIDUP YANG PENDEK XX

Semula ketiadaan adalah keadaan yang tak dirasa, ketiadaan selamanya menjadi tanda tanya, asal dari semua adalah ketiadaan itu sendiri. Ada dan tidak adanya sesuatu kehendak yang hakiki, anggapan ketiadaan akan suatu hal yang belum terlihat panca indera belum tentu ketiadaan, sebab keadaan dari ketiadaan akan berjalan terus menerus sebagaimana waktu bergerak maju bukan mundur. Adanya sesuatu dari ketiadaan, ketidak mengertian dan keingin tahuan, dari tidak ada kemudian ada lalu kembali tidak ada, tiga siklus itu berlaku utuk makhluk hidup.





Panca indera tidak selamanya benar, sebab masih ada otak dan hati yang bisa diajak berunding, untuk mengatakan iya atau tidak bukan hanya mulut yang berperan, namun ketiga unsur itu ikut menentukan. Iya atau tidak adalah kepastian, masih ada antara iya dan tidak yaitu keraguan. Menyusuri jalan kehidupan dengan kata iya dan tidak, maju atau berhenti, bukan mundur . Keyakinan akan satu hal diawali dari panca indera, meskipun indera keenam ikut berperan, bukan berarti indera keenam itu adalah sesuatu yang dianggap berlebihan oleh sebagian orang, maksudnya adalah hati.





Mata memandang ada jarak kejernihan, kuping mendengar juga berjarak, tangan dan kaki juga demikian apalagi hidung, namun hati kita tidak tahu berapa jaraknya, sebab hati ada didalam dan seakan-akan tidak ada, tetapi mampu merasakan sesuatu dan lebih sensitif dari panca indera. Hati akan menentukan keputusan, sesuatu itu dilakukan atau di diamkan dan di tinggalkan. Ada kekuatan yang tidak terduga dari hati, kekerasan hati mampu mengalahkan kerasnya batu karang atau besi sekalipun, karena hati adalah kekuatan sejati manusia.





Menerjemahkan kata hati akan sangat sulit saat otak sering melakukan kebohongan pada tubuh, hati semakin hari kurang tajam merasa, dia terkalahkan oleh nafsu, terkikis oleh kesombongan yang bukan miliknya, kejernihan hati perlahan mulai berubah warna abu-abu, keputusan yang diambil diawali keragu-raguan, bimbang dan akhirnya menyesatkan, menyakiti orang lain dan merugikan. Hati kecil tidak pernah berbohong dia akan sedih meski mulut tertawa, dalam kesunyian dirinya dia menangis pilu, namun karena kehendak akal dan nafsu belebihan hati tertutup tirai kebusukan dan kebenaran ditiadakan perlahan-lahan, hati menangis dalam kesendirian.





Setitik kebaikan tetap ada, seperti pintu tobat yang senantiasa terbuka untuk siapa saja yang serius untuk melakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar