Sabtu, 08 Januari 2011

CATATAN PANJANG DARI HIDUP YANG PENDEK XIV

Tragis.... satu kata yang sedikit sadis dan membuat sedikit orang menangis, suatu ketika ada pengendara sepeda membawa setumpuk surat melaju dijalan Cakung Cilincing jakarta, tidak cepat juga tidak terlalu lambat . Puluhan bahkan ratusan kendaraan berat kontainer melewati dan berpapasan, jalur yang cukup ramai saat pagi menjelang siang, pengendara sepeda sesekali melihat surat-surat yang akan diantar sambil melihat-lihat pabrik disebelah kiri jalan mencari alamat. Tiba-tiba sebuah sedan berhenti mendadak tepat di depan sepeda yang sedang melaju pelan, dengan sigap sepeda banting stir ke kiri melewati bahu jalan sambil terkaget-kaget mengucap Istighfar berkali-kali. Sedan yang tidak mewah dan tidak terlalu jelek melaju lagi meninggalkan sepeda yang sedang gelagapan mencari jalan kembali ke aspal.



Tepat didepan PT.PUNINAR kejadian serupa terulang, sedan tadi berhenti tepat didepan sepeda, pengendara sepeda kembali minggir karena kaget, tiba-tiba sang pengendara sedan keluar dengan muka merah dan marah-marah, dia membentak-bentak pengendara sepeda sambil berkata " kamu ngomong apa tadi, sudah hebat ya naik sepeda lepas tangan, ayo..kamu ngomong apa tadi ?" berkali-kali orang tersebut mengatakan itu. Dengan penuh tanda tanya, pengendara sepeda turun dari sepeda dan menemui pengendara sedan tersebut, ada apa pak, salah saya apa ? secepat kilat orang tersebaut memegang krah baju pengendara sepeda, dan pergumulan terjadi, pengendara sedan memukul dan menendangnya, jidat pengendara sepeda berdarah terkena pukulan, bukan karena pukulan jarinya, tetapi batu cincinnya.



Sepenggal cerita itu hanya satu dari sekian banyak cerita tentang kekerasan dijalan raya, sama-sama merasa benar, sama-sama menyalahkan. Mungkin karena belum adanya undang-undang tentang pengendara sepeda jadi sedan yang benar, karena dia kendaraan besar dibanding sepeda, namun hukum dijalanan biasanya memenangkan pengendara yang lebih kecil sebagai korban dan pengendara motor atau mobil sebagai tersangka, intinya yang lebih besar mengalah meski kebenarannya belum jelas. tanpa ke Polisi pengendara sepeda berlalu dari kantor satpam PT.Puninar dengan jidat masih mengucurkan darah mengambil surat-surat yang berantakan karena perkelahian kecil tadi. Kebenaran yang buram di jalanan.



Seseorang terkadang menutupi kebenaran demi sebuah kata " teman " karena teman kebenaran ditutupi agar sang teman selamat atau terhindar dari masalah. Itulah sifat Iblis yang manusiawai sebab Iblis artinya menutupi, menutupi kebenaran juga menutupi kesalahan. manusia saat sedang baik melenihi malaikat, saat sedang jahat seperti iblis bahkan melebihi jahatnya dari Iblis, saat sedang marah bisa lebih buas dari Binatang, itulah tiga serangkai dalam diri manusia, kita masuk kategori mana hanya hati manusia yang tahu dan Tuhan. Sering kita mendengar bahwa kebenaran akan mengalahkan kejahatan, itu benar tetapi prosesnya kadang tidak secepat embun pagi menetes ke bumi terkena sinar matahari.



Perjalanan hidup manusia berliku-liku, kadang lurus dan cepat secepat melintas di jalan tol, namun terkadang tersendat-sendat seperti jalan di Ibu kota saat kemacetan melanda hanya oleh lampu merah. Teknologi telh membuat manusia melupakan anugerah yang telah dikaruniakan oleh tuhan, kaki yang sehat, tangan yang terampil dan badan yang tak cacat, kadang membuat perjalanan manusia selalu mengandalkan teknologi, semua ingin cepat dan buru-buru, melupakan seberapa cepat kaki manusia melangkah, seberapa kuat tangan mengangkat beban, seberapa jauh mata memandang,dan seberapa lembut atau keras telinga mendengar, teknologi kadang membutakan semua itu. kebenaran panca indera disamarkan.



Hidup jaman sekarang seperti memakai beju dengan teknologi, apapun sekarang dengan menggunakan teknologi, dan orang yang belum mengenalnya akan dianggap bodoh dan tidak benar dalam saat-saat tertentu. kepribadian seseorangpun akan ditentukan oleh teknologi jika manusia tidak mencegahnya, senyuman dan tangisan akan sulit dibedakan seperti melihat seorang aktor sedang berperan di sebuah film, tangis dan tawanya adalah kebohongan yang disertai teknologi.



Manusia tetap manusia dan selalu menjadilah manusia dimanapun berada kapanpun saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar